Doa di Tengah Kekacauan Negeri

Hari-hari belakangan ini bukanlah hari-hari yang menyenangkan bagi saya—dan juga, saya yakin, bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Berita tentang demonstrasi besar-besaran, terbunuhnya Affan Kurniawan, penjarahan, perusakan fasilitas umum, hingga penyusupan provokator, membuat hati campur aduk: marah, sedih, kesal, khawatir.
Beberapa hari lalu, saya menerima pesan dari seseorang yang meminta bantuan karena usahanya bangkrut dan tidak mampu membayar listrik. Tak lama setelah itu, banjir melanda Depok, termasuk kompleks perumahan saya. Rasanya lengkap sudah ujian yang datang bertubi-tubi.
Pagi ini saya terbangun dengan perasaan yang sama: sedih. Saya menangis di atas sajadah, memanjatkan doa sepenuh hati untuk bangsa ini. Seusai sholat, saya kembali membaca Al-Qur’an. Alhamdulillah, dua hari terakhir ini kalam Allah menjadi pelipur lara dan membantu saya melepaskan emosi.
Ayat pertama yang saya baca mengingatkan bahwa Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum kecuali mereka mengubah apa yang ada dalam diri mereka: iman, perilaku, dan penghadapannya kepada Allah. Tidak ada yang dapat mengubah keadaan kecuali takwa. Seolah mengingat pada diri saya pribadi, untuk segera memperbaiki diri dan keluarga. Ayat itu ditutup dengan penegasan bahwa hanya Allah-lah satu-satunya pelindung.
Hari ini, ayat kedua yang saya baca seolah memeluk hati: “Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenang.” Di tengah situasi yang tidak menentu, hanya Dia satu-satunya tempat bergantung.
Sebagai seorang ibu, seorang profesional, sekaligus istri yang membantu suaminya mengelola usaha, kondisi ekonomi yang goyah membuat saya khawatir. Saya bertanya-tanya, akan ada berapa banyak lagi orang yang mengalami kesulitan seperti cerita di atas? Hari-hari kemarin saja sudah terasa berat, bagaimana dengan hari-hari mendatang?
Namun, pagi ini saya berdiri di balkon, menatap tanaman melati putih yang sedang berbunga, dan hati saya kembali diingatkan: esok hari boleh tak diketahui, tapi hati harus tetap tenang. Ada Allah, Sang Penjaga bangsa ini. Yang zalim akan hancur, kebenaran akan tegak. Mungkin memang ada harga yang harus dibayar untuk semua ini. Semoga para syuhada yang gugur mendapat tempat terbaik di sisi-Nya.
Untuk para penguasa dan para pihak yang bertanggung jawab atas kekacauan ini, semoga hidup kalian tidak tenang, dikejar dosa hingga ajal tiba, dan mendapat balasan setimpal setelah mati. Amin ya Rabbal ‘Alamin.
Pak Prabowo, jangan kecewakan kami. Kini saatnya menjadi negarawan sejati. Siapapun yang Anda tuding mendomplengi kerusuhan ini, tak akan terjadi bila kedaulatan rakyat benar-benar dijunjung dan tugas dijalankan dengan amanah. Anda dipilih lebih dari separuh rakyat negeri ini—hadapi masalah ini bersama kami. Hapus tunjangan yang memberatkan negara, batalkan rencana pajak yang mencekik, hentikan proyek yang tak pro rakyat, ganti pejabat tak kompeten, bersihkan kabinet, dan segera bekerja nyata—jangan hanya berwacana.
Untuk para anggota dewan yang masih memiliki nurani, sahkan segera RUU Perampasan Aset. Bekerjalah sesuai amanat rakyat. Jangan tunggu giliran kalian yang akan diadili sejarah.
Dan untuk adik-adik Gen Z serta mahasiswa yang turun ke jalan, terima kasih. Suara lantang kalian adalah pengingat bagi kami semua. Jaga hati, jaga diri. Semoga Allah melindungi diri dan niat kalian. Amin.
Untuk kita semua, mari berpegangan tangan, suarakan tuntutan yang sama sebisa kita. Saling jaga. Mari luangkan waktu khusus untuk berdoa khusus untuk negeri ini. Perbaiki diri dan niat kita. Jangan menjarah, jaga keluarga dari perilaku yang tidak baik. Semoga Allah mengampuni dan menolong kita semua.
Amin ya Rabbal ‘Alamin.