BUNDA HAJAR
Masih ingat saat saya menulis status tentang Siti Hajar, saat idul adha 11 tahun lalu. Saat itu saya begitu terkesan dengan ketaqwaan Bunda Hajar pada Allah Ta’ala. Kisah perjuangannya diabadikan dalam ibadah haji dan dari keturunannya lah lahir Sang Nabi Terakhir.
Saya terkesan dengan ketaatannya dalam mengikuti petunjuk, keberserahdirian dan imannya yang luar biasa kepada Allah Ta’ala. Rela ditinggal sendiri di tengah gurun dengan seorang anak yang masih bayi. Jika bukan karena iman yang kuat padaNya, rasanya tidak mungkin seseorang begitu teguh dan berani menjalani sesuatu yang terlihat kejam dan mustahil. Begitu percaya bahwa Allah akan melindungi, dan setiap pengaturanNya adalah baik.
11 tahun kemudian, kekaguman saya padanya menguatkan saya utk menjalani takdir yang tidak mudah. Saya diingatkan kembali pada ini, setiap kali ingin mengeluh di dalam hati. Keberserahdirian tidak didapat dengan rasa nyaman, dia didapat dari perjuangan melalui takdir yang mungkin sulit.
Bahwa ada Dia dalam setiap perjalanan, ada kemudahan dibalik kesulitan, ada pertolongan dalam setiap kesukaran. Bahwa Dia ada, melihat, dan menginginkan saya percaya pada pengaturanNya, 100% tanpa keraguan. Sehingga saya benar-benar bisa bersaksi, ‘alastu birabbikum? Iya, Dia Tuhanku, pelindungku dan penjaga dalam setiap urusan.