Konstruksi Sosial
Agak mengerikan juga kalau mengingat bagaimana kita dikonstruksikan secara sosial, utk mendefinisikan siapa diri kita perhari ini.
Kita lahir dengan cetak biru dan potensi ilahiyah yang murni, namun kemudian, sejalan dengan waktu, mulai membangun konsep diri, sesuai dengan apa yg berhasil atau tidak kita lakukan, dan penilaian org lain terhadap kita.
Keberhargaan kita dinilai dari pencapaian-pencapaian yg standarnya kerap kali ditentukan oleh lingkungan. Pekerjaan yang bagus, kendaraan yg dimiliki, rumah dan sejumlah identitas sosial lainnya, sehingga seringkali kita lupa, bahwa apa yg ada di tangan hari ini, sekejab dapat pergi dari kita.
Kita lupa bahwa kita hanya meminjam. Ibarat org yg menempati lahan ilegal bertahun-tahun, kemudian memberontak saat pemilik asli datang dan meminta kepemilikannya kembali.
Seringkali, itulah kita.