KUTIPAN AYAT

Dan Dia ciptakan padanya gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dan kemudian Dia berkahi, dan Dia tentukan makanan-makanan (bagi penghuninya) dalam empat masa, memadai untuk (memenuhi kebutuhan) mereka yang membutuhkannya.

Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu msh merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: ‘Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa.’ Keduanya menjawab: ‘kami datang dgn suka hati.’

Maka Dia menjadikannya tujuh langit dlm dua masa. Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikian ketentuan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.

(QS. Fushshilat: 10-12)

Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, hingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Quran itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?

(QS. Fushshilat: 53)

Bumi jasad, langit jiwa, dan penataannya.

-Lampung Trip, 2023-

KAWAH PUTIH

Udah lama pengen ke tempat ini, Alhamdulillah akhirnya kesampaian Minggu kemarin. Sebelumnya pernah ke sini juga, cuma karena hujan deras, akhirnya gak bisa naik ke kawah. Alhasil memutuskan kembali ke Jakarta bersama rombongan.

Perjalanan ke sini memakan waktu yang cukup panjang. Berangkat jam 10.00 pagi, tiba di sini pukul 15.30 sore. Lama banget ya…selain karena memang sempat berenti cukup lama di rest area gara-gara ada yang kebelet di sepanjang jalan layang MBZ 😆, macet juga cukup panjang di sepanjang jalur menanjak. Namun semuanya terbayar begitu melihat pemandangan indah ini.

Pulangnya pun gak kalah seru. Karena macet yang panjang, gmaps mengarahkan ke jalur alternatif yang ternyata jalan setapak sawah ladang orang 😆. Turun naik, menanjak, tikungan tajam, beberapa area kiri kanan jurang. Alhamdulillah Pak suami driver yang cukup handal. Dengan diiringi komat Kamit doa istri dan anak kecil yang duduk di belakang, medan sulit tak terduga itu berhasil dilewati menjelang matahari terbenam. Alhamdulillah Alhamdulillah Alhamdulillah…

Lesson learned nya mending gak usah ngikutin maps kalau gak kebayang medannya. Ikutin jalur biasa aja insyaAllah macetnya terlewati juga. Saran lain: jangan ke sini pas wiken atau hari libur tampaknya. Ruammee euy jalannya. Cek2 maps sebelum memutuskan berangkat.

Apapun itu Alhamdulillah semua terlewati dengan baik. Kami bahagia. Ditambah lagi hotel tempat kami menginap sangat nyaman dan terjangkau sehingga bisa melepas lelah setelah perjalanan panjang dengan tenang.

Terimakasih Pak Suami yang sudah menuruti kemauan istrinya ini untuk singgah sebentar ke sini, sebelum besoknya tandem berdua memandu sesi refleksi di Sekolah Al-Kautsar Bandung. Kebayang capeknya apalagi rencana nyetir gantian akhirnya gagal total karena situasi jalan yang gak memungkinkan. Meskipun capek, tetap senyum dan gak ada kesal dan mengeluhnya.

Terbaiq lah pokoknya.

Perjalanan 3 Curug

Awal tahun ini kami isi dengan eksplorasi 3 Curug di Kawasan Nasional Gunung Halimun Salak, Bogor. Setelah semalam sebelumnya camping di salah satu camping ground di kawasan yang sama, paginya kami menyusuri kawasan sekitar hutan menuju objek wisata 3 Curug ini. Menghabiskan waktu kira-kira dua jam, dengan jalan menanjak menurun, Alhamdulillah akhirnya kami bisa melihat keindahan ketiganya.

Olahraga pagi menanjak dan menurun ini judulnya juga sekalian ngetes hasil yoga dan pilates selama ini. Sejauh mana kekuatan kaki dan stamina setelah ditempa olahraga lumayan rutin setahun lebih. Dan ternyata hasilnya masih perlu olahraga lebih keras ya, karena kelar-kelar paha masih pegal-pegal rasanya. Belum sekuat itu Buk ternyata 😆.

Meskipun kondisi badan kurang fit, karena sedang flu, Alhamdulillah bahagia banget melihat keindahan alam ciptaan Allah ini. Gunung yang megah, air yang jernih, suara kicau burung, udara yang segar. Semuanya ditundukkan konon untuk manusia.

Kebayang ya betapa tingginya sebenarnya derajat ‘manusia’ itu. Manusia yang sudah bergelar ‘insan kamil’ tentunya. Yang sudah selaras antara kehendak dirinya dengan kehendak Tuhan-Nya. Yang sudah hadir ‘Sang Gusti’ di dalam jiwanya.

Semoga suatu hari kita dianugerahi gelar tertinggi ini.

Amin-amin ya Rabbal ‘Alamin.

TENTANG INGATAN

Libur awal tahun ini kami manfaatkan dengan camping di suatu tempat yang pernah kami kunjungi sebelumnya. Sebuah area camping di kaki gunung salak, tidak jauh dari kawasan objek wisata Curug nangka.

Ingatan saya tentang tempat ini adalah ingatan yang romantis dan menyenangkan. Area camping yang hijau dan luas, aneka tanaman dan pepohonan di sekitarnya, udara yang segar dan dingin, suara hewan kecil di sekeliling, api unggun, menyusuri sungai menuju Curug, dengan latar belakang gunung salak yang megah di belakangnya. Banua juga langsung menyetujui liburan kembali ke tempat ini karena ingatan yang sama indahnya.

Tepat di awal tahun 2024 kami berangkat dengan bersemangat. Saya yang sedang flu berharap badan yang kurang fit bisa terobati di udara segar. Singkat cerita, berharap semua kenangan manis terulang kembali.

Akan tetapi saat menginjakkan kaki di tempat ini, kami dihadapkan pada kenyataan yang cukup berbeda. Suasana ramai, area parkiran yang jauh dan menantang sehingga cukup membuat kelelahan saat turun ke camping area, hingga banyaknya bangunan baru di camping ground ini yang membuat saya kehilangan sensasi memandang hijau sekeliling tanpa hambatan.

Tempat duduk dari kayu di tengah lapangan hijau yang dulu saya duduki sambil menyeruput kopi sembari menikmati pemandangan gunung salak, juga sudah lenyap, berganti kafe yang malah membuat pandangan saya terbatas. Banyak sekali perubahan yang menghilangkan sebagian dari ingatan manis tentang tempat ini.

Saya sedikit kecewa dengan kenyataan yang ada. Di tengah kekecewaan terbersit pertanyaan, apakah tempat ini yang sedemikian berubah atau ingatan saya tentangnya yang mungkin salah? Saya tidak tahu, bisa jadi keduanya. Perubahan terjadi, namun ada beberapa hal dalam ingatan saya terkait tempat ini yang mungkin diromantisasi secara berlebihan. Bahwa apa yang saya ingat belum tentu sama persis dengan apa yang terjadi. Bahwa saya mungkin hanya mengingat hal-hal tertentu saja, dan melupakan bagian lainnya. Bahwa ingatan saya tentang tempat ini tidaklah utuh, meskipun juga tidak sepenuhnya salah.

Ingatan kita bisa mengkhianati kita. Hal ini yang kemudian saya pelajari. Kenangan yang tertanam di dalam ingatan, pahit atau manis, bisa saja mengandung bias dan berbeda dengan kenyataan karena terkait dengan emosi. Ingatan tersebut tidak sepenuhnya salah, namun juga tidak sepenuhnya benar karena faktor ini. Tanpa keinginan untuk melongok kembali, atau melihat ulang apa yang terjadi, bisa jadi kita akan terjebak pada keyakinan yang sama terus menerus, sementara kenyataan sudah berubah. Melambai-lambai minta direvisi.

Hal yang sama berlaku juga untuk semua yang ada dalam diri kita. Ingatan, waham, keyakinan, tak selamanya benar, harus sering dilihat kembali. Memang tidak mudah melakukan ini karena bisa jadi akan membuat kita tidak nyaman. Padahal, sama seperti ingatan, apapun yang melekat pada diri kita saat ini, bisa jadi ‘mengkhianati’ kita. Bisa berubah atau bisa jadi salah pada akhirnya.

Karena itu Rasulullah mengajarkan sebuah doa indah, untuk tidak mengandalkan diri kita pada diri sendiri, walau sekejap matapun. Karena ingatan kita, diri kita ini, keyakinan kita, kepercayaan kita, apapun yang kita sedang pegang teguh sekarang bisa ‘mengkhianati’ kita dengan kenyataan yang berbeda, jika kita terlalu mengandalkannya.

BALIKPAPAN DAN PANDEMI

Berkunjung kembali ke kota ini membawa kenangan tersendiri untuk saya. Balikpapan merupakan salah satu kota yang paling sering saya kunjungi, karena urusan pekerjaan di sana. Bahkan salah satu kota pertama tempat saya mendarat, ketika pertama kali bepergian dengan pesawat. Puluhan tahun lalu. Kenangan yang selalu saya ingat ttg kota ini pemandangan laut saat mendarat dan tata kota yang cukup rapih.

Kenangan lain juga melekat erat di kota ini karena pandemi. Kunjungan terakhir sebelum kemarin, tepat sesaat sebelum ibukota lockdown, yang kemudian disusul oleh kota-kota lainnya. ‘Situasi menegangkan, Bun. Cepat pulang karena bisa jadi Jakarta akan lockdown,’ begitu kata anak kantor yang membuat kami membatalkan rencana training di Makasar dan segera pulang ke ibukota.

Situasinya cukup horor saat itu. Bandara yang sunyi senyap, situasi mencekam, berita kematian karena COVID, membuat penerbangan terakhir ke kota ini menjadi tak terlupakan. Pertama kalinya saya melihat dua bandara yang cukup ramai dan sibuk (Soekarno Hatta dan Sepinggan), menjadi nyaris tanpa manusia berlalu lalang. Kenangan yang tak terlupakan.

Empat tahun lebih berselang, kota ini sepertinya sudah pulih kembali, begitu juga ibukota. Rasanya waktu berjalan begitu cepat, meskipun rentang 2020-2023 bukan fase yang mudah untuk kita. Beberapa teman meninggal, kuburan massal dibangun, banyak usaha kolaps dan Presenta sendiri merasakan dampak kerugian karena pandemi. Alhamdulillah semua perlahan pulih kembali.

Empat tahun terasa singkat, namun ternyata banyak sekali pelajaran yang didapat. Tentang hidup yang rentan dan dapat berubah sekejab mata. Tentang maut yang ternyata teman terdekat manusia. Tentang tak ada yang bisa diandalkan kecuali Dia. Tentang betapa kecilnya ternyata kita sebagai manusia, kalang kabut sedunia karena satu serangan virus kecil saja.

Semoga kita tidak pernah lupa akan pelajaran berharga ini.