|

LAPANG

Ada masa-masa dimana keuangan saya lebih leluasa. Saya bisa bebas membelanjakan uang sesuai keinginan tanpa banyak kekhawatiran. Kemudian Allah menyempitkan kondisi ini, sehingga saya harus mengatur ulang prioritas dalam keuangan dan mengeluarkan uang dengan lebih berhati-hati.

Awal disempitkan saya sempat sedih dan cenderung terbebani. Pendapatan yang berkurang, namun pengeluaran nyaris sama saja atau bahkan bertambah. Saya jadi cenderung membandingkan situasi lapang dan agak terbatas ini dan merasa sedih karenanya.

Namun kemudian saya menyadari, ada banyak hal yang berubah ketika Allah sempitkan. Saya jadi rajin membuat budgeting perbulan, juga mencatat pengeluaran, yang sebelumnya tidak saya lakukan. Saya juga jadi lebih mindful dalam mengeluarkan uang. Lebih bertanya apakah memang harus saya beli, kebutuhan atau keinginan? Apakah ini hanya sekedar hawa nafsu atau bukan? Pendek kata, jadi lebih bertanggung jawab terhadap pengeluaran.

Saya kemudian berpikir, sungguh Allah Maha Tahu apa yang saya butuhkan. Ujian dalam masa-masa lapang memang cenderung melenakan. Kita jarang berpikir panjang di masa-masa lapang karena kemudahan yang diberikan. Padahal apa yang kita terima benar-benar akan dipertanggungjawabkan.

Saya merasa berterimakasih pada Allah atas pengajaran-pengajaran ini. Sungguh tidak terbayangkan jika dalam usia yang makin menua, masih kurang bertanggung jawab terhadap apa-apa yang Allah berikan ini. Padahal maut bisa kapan saja menjemput, tanpa bertanya apakah saya sudah lebih amanah dalam mengelola rezeki dariNya. Dalam kesempitan, Dia Ta’ala seringkali menyelamatkan.

Wallahu’alam.

Similar Posts

  • | |

    Ujian dan Pelajaran

    Beberapa waktu ini, anak kedua saya menghadapi ujian akhir di sekolahnya. Sewajarnya anak yang sedang menghadapi ujian akhir sekolah, si kecil ini kadang terlihat stres, khawatir, dan perasaan tidak menyenangkan lainnya menjelang ujian. Salah satu cara saya menenangkannya adalah dengan mengatakan insyaAllah ujian ini ada tanggal berakhirnya, dan itu dia ketahui dengan pasti. Setelah tanggal…

  • |

    Ruang Khalwat

    Guru saya berpesan, setiap mukmin hendaknya punya ruang tersendiri untuk bermunajat pada Allah. Tidak harus sebuah ruang besar, cukup sudut khusus untuk menghamparkan sajadah. Ruang munajat untuk ber-khalwat (menyendiri) dengan-Nya. Ruang ini saya wujudkan dalam bentuk pojok sholat atau tafakur di kamar kami. Sudut yang nyaman karena semua fasilitas yang dimudahkan Allah: pendingin ruangan, lantai…

  • RUMAH

    Di suatu siang saat sedang menikmati semangkuk mie ayam dengan suami, seorang pengamen masuk dan menyanyikan sebuah lagu utk pengunjung kedai. Lagunya sepertinya tidak begitu asing buat saya. Liriknya kira-kira begini, ‘wajar bila aku iri, pada kalian, yang memiliki rumah…’ mungkin tidak terlalu tepat namun bercerita tentang kegundahan hati karena tiadanya rumah, tempat pulang. Bukan…

  • | | |

    TENTANG WAKTU

    Saya dulu sangat mengagumi orang-orang yang produktif, aktif, sibuk dan banyak karya. Untuk saya mereka-mereka ini contoh orang-orang yang berhasil dalam mengelola hidupnya. Tidak banyak menghabiskan waktu untuk hal yang tidak perlu. Sibuk dengan kekaryaan dirinya, alih-alih mengurusi hal lain yang terkesan remeh temeh. Sampai kemudian saya menyadari ada suatu hal yang lebih penting dalam…

  • | |

    MENIKAH DAN SETENGAH AGAMA

    “Pernikahan sejatinya adalah untuk mengasah aspek batin. Karena itu (dia) disebut ‘setengah agama’.” Kata-kata ini muncul kembali dari postingan saya beberapa tahun lalu di FB dan membuat saya teringat satu pertanyaan yang diajukan seorang teman dulu, ‘kenapa menikah disebut setengah agama?’ Banyak orang berpikir, – saya dulu juga begitu-, pernikahan semata-mata urusan cinta. Aku cinta…

  • | |

    TENTANG KEMATIAN

    What is your biggest fear in life? For me, it is DEATH. Topik tentang kematian bagi sebagian orang bukanlah hal yang menyenangkan untuk dibahas. Begitu juga bagi saya. Ia terasa begitu abu-abu, kelam, dan sulit dipahami. Sebagian besar orang mungkin akan menghindar untuk membahasnya—sama seperti saya dulu. Sayangnya, satu-satunya hal yang paling pasti dalam hidup…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *