CHANGE MANAGEMENT

Tadi siang saya berdiskusi dengan calon klien ttg kebutuhan training Change Management di kantornya. Klien ini merasa terlalu lama di comfort zone, membuat leader yang ada di dalam perusahaan seolah berhenti untuk bertumbuh. Ketika ada disrupsi tiba-tiba saat pandemi kemarin, semua kesulitan untuk beradaptasi dengan perubahan ini.

Perubahan seringkali bukanlah hal yang menyenangkan, apalagi untuk orang yang terlalu lama di zona nyaman. Padahal perubahan seringkali harus dilakukan agar pribadi atau organisasi bertumbuh. Mindset yang benar dibutuhkan dalam menghadapi perubahan ini. Bahwa ada ketidaknyamanan, timbul ketidakpastian, reaksi yang tidak menyenangkan adalah hal yang biasa.

Demikianlah yang disampaikan panjang lebar oleh calon klien saya ini, yang merupakan salah satu top management di kantornya. Saya manggut-manggut setuju dengan apa yang disampaikannya.

Selang beberapa lama setelah pembicaraan ini, saya meninggalkan kantor untuk keperluan mengganti kartu ATM yang sudah tidak berlaku lagi di salah satu Bank. Saya sempat browsing dimana kantor cabang bank terdekat untuk mengurus ini. Ada beberapa pilihan, yaitu di daerah Cinere, Depok dan Pasar Minggu. Pilihan saya jatuh ke kantor cabang yang ada di Depok.

Di tengah perjalanan tiba-tiba saya menyadari bahwa pilihan saya kurang tepat. Saat ini saya berdomisili di sekitar pasar Minggu, namun saya malah memilih ke kantor cabang Depok, padahal saya memutuskan untuk langsung pulang setelah ke bank ini. Kedua kantor cabang ini juga bukan kantor cabang yang rutin saya kunjungi. Secara jarak dan waktu, saya menghabiskan lebih banyak sumber daya dengan mengambil pilihan ini.

Tiba-tiba saya tersadar bahwa saya memilih kantor cabang Depok karena Depok adalah comfort zone saya. Saya sepertinya masih tertatih-tatih beradaptasi dengan perubahan tempat tinggal, sehingga lebih memilih daerah yang saya rasa lebih familiar meskipun tidak efektif, jika dipandang dari sisi waktu dan biaya.

Pengalaman saya ini sepertinya menjadi contoh langsung bagaimana kesulitan beradaptasi thd perubahan, menimbulkan kerugian pada diri seseorang. Saya akhirnya bertanya-tanya kembali, apakah saya orang yang cepat beradaptasi dengan perubahan seperti yang saya pikir selama ini, atau sebaliknya? Tampaknya itu perlu saya renungkan lagi.

Similar Posts

  • RUTINITAS

    Sabtu adalah jadwal rutin saya mencuci pakaian yang tidak diserahkan ke laundry, dan membersihkan tempat tinggal. Setiap Sabtu saya biasanya turun ke layanan self laundry di lantai bawah, setelah cleaning day dengan anak-anak. Hal ini biasanya berlangsung hampir tiap minggu sehingga terasa berjalan seperti otomatis. Setelah ini, melakukan ini, lalu melakukan itu. Minggu lalu, saat…

  • | |

    CONCLAVE

    Beberapa pekan lalu, saya dan keluarga berkesempatan menonton film Conclave. Film ini sebenarnya kami tonton secara tidak sengaja karena tidak bisa menonton film lain yang semula ingin kami tuju. Namun, ternyata saya pribadi mendapatkan banyak pembelajaran—bukan hanya tentang tradisi agama lain, tetapi juga nilai spiritualitas yang sifatnya universal. Film dibuka dengan situasi pemilihan Pope (Paus),…

  • Konstruksi Sosial

    Agak mengerikan juga kalau mengingat bagaimana kita dikonstruksikan secara sosial, utk mendefinisikan siapa diri kita perhari ini. Kita lahir dengan cetak biru dan potensi ilahiyah yang murni, namun kemudian, sejalan dengan waktu, mulai membangun konsep diri, sesuai dengan apa yg berhasil atau tidak kita lakukan, dan penilaian org lain terhadap kita. Keberhargaan kita dinilai dari…

  • | | |

    INDONESIA KAYA

    ‘Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara, dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.’ Isi pasal 33 ayat 3 ini yang terlintas berulang dalam benak saya saat berkunjung ke tempat ini. Selain rasa excited karena eksplorasi tempat baru, namun juga terbersit rasa sedih mengingat besarnya kekayaan alam yang tak berbanding…

  • PILIHAN HIDUP

    Hidup itu adalah rangkaian konsekuensi dari pilihan yang kita ambil. Dulu saya sangat percaya dengan kalimat ini. Tapi sekarang, saya menyakini, bagi orang beriman pilihan hidupnya bukan dia yang menentukan. Ada Allah sebaik-baik pembuat pilihan. Berserah diri pada hakikatnya menyerahkan pilihan ini padaNya. Melalui doa, istikharah, munajat panjang, pengambilan keputusan tidak lagi berdasarkan akal semata….

  • | | |

    IDE MAIN

    Masih inget gak mainan spt ini jaman dulu? Bisa lho diterapkan di rumah pengisi waktu luang anak. Cara mainnya mudah, dua org pemain secara bergiliran berusaha mengeluarkan koin pemain lawan dari garis batas. Apa yg diajarkan dr permainan ini? Keterampilan motorik halus (menyentil, mengatur kekuatan sentilan 😊), keterampilan sosial (bergiliran, bersikap sportif jika kalah), dan…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *