RUTINITAS

Sabtu adalah jadwal rutin saya mencuci pakaian yang tidak diserahkan ke laundry, dan membersihkan tempat tinggal. Setiap Sabtu saya biasanya turun ke layanan self laundry di lantai bawah, setelah cleaning day dengan anak-anak. Hal ini biasanya berlangsung hampir tiap minggu sehingga terasa berjalan seperti otomatis. Setelah ini, melakukan ini, lalu melakukan itu.

Minggu lalu, saat tengah memasukkan cucian ke dalam mesin cuci, tiba-tiba saya tersadar, betapa mudahnya kita terjebak dalam rutinitas. Bekerja dari Senin hingga Jumat, cleaning day di hari Sabtu, lalu menikmati hari libur sepenuhnya di hari Minggu. Kadang kala diselingi dengan acara-acara tertentu di antaranya. Begitu terus berulang, dari Senin ketemu Jumat, menunggu Minggu, lalu bertemu dengan Senin lagi. Repeat.

Lalu waktu berjalan begitu saja tanpa dipahami, untuk apa sebenarnya keberadaan di dunia ini. Sesekali ketika diterpa badai, kita merenung, diam sebentar, setelahnya kerap kali terjebak dalam hal yang sama, melupakan pertanyaan yang sempat muncul ke permukaan.

Untuk apa sebenarnya keberadaan kita di dunia ini? Apakah sesederhana bekerja, beranak pinak, mencapai ini itu, lalu mati? Ya bolehlah sesekali diselingi dengan aktivitas sosial atau berkarya di masyarakat yang mengundang decak kagum. Tapi apakah sesimple itu saja? Seragam untuk semua orang? Rasanya terlalu umum dan general sekali.

Siapa kita, untuk apa kita berada di dunia? Sebuah pertanyaan besar yang nyalanya semoga tetap terjaga hingga kita mati. Semoga kita temukan jawabannya, sebelum kita pergi dari dunia ini. Semoga Dia berkenan memperkenalkan diri kita kembali, pada diri kita sendiri. Suatu hari nanti.

Similar Posts

  • | | |

    INDONESIA KAYA

    ‘Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara, dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.’ Isi pasal 33 ayat 3 ini yang terlintas berulang dalam benak saya saat berkunjung ke tempat ini. Selain rasa excited karena eksplorasi tempat baru, namun juga terbersit rasa sedih mengingat besarnya kekayaan alam yang tak berbanding…

  • HOPE

    Ada fase-fase terendah dalam hidup yang membuat saya terkadang takjub, karena berhasil melewatinya. Fase terendah ini kemudian saya lihat kembali saat saya terpuruk dalam episode yang berbeda. Kemudian saya tahu bahwa fase ini telah menciptakan suatu hal yang besar, dalam menjalani pasang surut kehidupan. Hal itu adalah HOPE (Harapan). Harapan menciptakan keyakinan bahwa hal sulit…

  • | |

    CONCLAVE

    Beberapa pekan lalu, saya dan keluarga berkesempatan menonton film Conclave. Film ini sebenarnya kami tonton secara tidak sengaja karena tidak bisa menonton film lain yang semula ingin kami tuju. Namun, ternyata saya pribadi mendapatkan banyak pembelajaran—bukan hanya tentang tradisi agama lain, tetapi juga nilai spiritualitas yang sifatnya universal. Film dibuka dengan situasi pemilihan Pope (Paus),…

  • | | |

    IDE MAIN

    Masih inget gak mainan spt ini jaman dulu? Bisa lho diterapkan di rumah pengisi waktu luang anak. Cara mainnya mudah, dua org pemain secara bergiliran berusaha mengeluarkan koin pemain lawan dari garis batas. Apa yg diajarkan dr permainan ini? Keterampilan motorik halus (menyentil, mengatur kekuatan sentilan 😊), keterampilan sosial (bergiliran, bersikap sportif jika kalah), dan…

  • Konstruksi Sosial

    Agak mengerikan juga kalau mengingat bagaimana kita dikonstruksikan secara sosial, utk mendefinisikan siapa diri kita perhari ini. Kita lahir dengan cetak biru dan potensi ilahiyah yang murni, namun kemudian, sejalan dengan waktu, mulai membangun konsep diri, sesuai dengan apa yg berhasil atau tidak kita lakukan, dan penilaian org lain terhadap kita. Keberhargaan kita dinilai dari…

  • PILIHAN HIDUP

    Hidup itu adalah rangkaian konsekuensi dari pilihan yang kita ambil. Dulu saya sangat percaya dengan kalimat ini. Tapi sekarang, saya menyakini, bagi orang beriman pilihan hidupnya bukan dia yang menentukan. Ada Allah sebaik-baik pembuat pilihan. Berserah diri pada hakikatnya menyerahkan pilihan ini padaNya. Melalui doa, istikharah, munajat panjang, pengambilan keputusan tidak lagi berdasarkan akal semata….

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *