PERSISTENSI
Seorang sahabat berkomentar bahwa saya seorang yang persisten. Bertahun-tahun yang lalu saat saya bertanya pada sahabat yang lain, komentar yang sama juga saya dapatkan. Saya seorang yang keras kemauannya jika menginginkan sesuatu. Saya akan mengejarnya hingga dapat, bahkan kadang tanpa menghiraukan banyak hal di sekeliling.
Apakah itu buruk? Saat ini saya menyadari bahwa persistensi tanpa tuntunan, sungguh merupakan kesalahan. Keinginan yang menggebu-gebu tanpa bertanya padaNya, apakah ini yang Dia mau, betul-betul sebuah kerugian. Apalagi ditambah doa yang sedikit memaksa, agar Dia mengabulkannya. Hanya sebuah tanda matinya hati.
Bukan persistensinya yang salah sebenarnya, namun mengikuti apa yang dimau -ambisi, hasrat, angan-angan, dengan buta- saya yakini kemudian sebuah kerugian besar.
Tidak bertanya sejenak atau merenung, apakah ini yang terbaik, untuk lahir dan batin saya? Tidak sepenuhnya memohon padaNya dengan mengakui seluruh kelemahan, untuk dipilihkan, untuk dituntun. Mengandalkan diri sendiri berdasarkan akal pikiran ragawi, yang besok saja tidak tahu apa yang akan terjadi. Playing God, kalau istilah seorang teman.
Persisten penting sekali dalam menjalankan apa yang Dia inginkan. Jika sebuah urusan datang, dan tahu itu dariNya, kita wajib persisten menjalaninya. Apakah itu mudah? Gak sama sekali. Terlebih lagi kadang kala apa yang Dia mau, gak sejalan dengan apa yang kita mau. Betul-betul butuh pertolonganNya agar bisa persisten mengerjakannya.
Semoga saat ini sikap persisten dan kuat kemauan ini, tidak luntur, namun terarah dalam jalanNya. Dalam keinginanNya. Sehingga bisa jadi sebenar-benar hamba yang dikehendakiNya.
Amin…