| | |

Waktu

Belakangan saya sedang membaca buku bagaimana menghabiskan 24 jam dalam sehari. Intinya bagaimana menjadi orang yang berbeda dengan tidak menghabiskan waktu dengan sia-sia.

Ada hal yang menarik dari saran yang diberikan penulis yang notabene bukan seorang muslim, yang membuat saya berpikir tentang ke-muslim-an saya dengan segala kewajiban syariatnya. Yang pertama adalah untuk bangun lebih awal, memperpendek jam tidur. Kalau dilihat dari latar belakangnya di budaya barat, dia melihat kecenderungan orang-orang untuk bangun menjelang bersiap berangkat kerja, menjelang memulai hari. Saran darinya adalah mulai hari lebih awal, agar dapat mengerjakan hal-hal lain di luar aktivitas rutin biasanya.

Membaca anjurannya ini, saya tiba-tiba teringat kewajiban seorang muslim untuk bangun sebelum matahari terbit. Untuk melaksanakan ibadah sholat subuh. Bangun pagi sekali itu seharusnya bukan hal yang aneh untuk kita. Bahkan dianjurkan untuk menunaikan sholat tahajud sebelumnya. Sehingga ada banyak waktu untuk mengerjakan hal lain sebelum kita masuk ke kesibukan harian. Melakukan refleksi, belajar hal baru, membaca, atau hal-hal lainnya di luar rutinitas harian kita. Hal-hal yang mungkin akan membantu menemukan sisi kita yang lain, yang sering tenggelam dalam kesibukan dunia.

Hal kedua yang dianjurkannya adalah melakukan refleksi, evaluasi terhadap apa yang kita lakukan. Apakah sudah sesuai dengan nilai-nilai kita, dengan apa yang ingin kita capai. Tidak ada gunanya bergerak tanpa evaluasi harian, kata penulis ini, karena kita jadi tidak tahu kemana arah kita. Saking pentingnya, saran yang sama juga saya temui di buku lain yang saya baca.

Melakukan refleksi seharusnya juga bukan sesuatu yang asing untuk seorang muslim. Kewajiban sholat 5 waktu itu seharusnya merupakan momen-momen reflektif harian kita, selain waktu-waktu utama di sepertiga malam. Momen-momen untuk merenung sejenak, kembali pada hakikat, sebelum memulai lagi kegiatan berikutnya. Saya pikir ini adalah cara Allah meminta kita mengambil jeda, agar tak terseret-seret dengan dunia. Seperti nasihat salah satu sahabat salik saya, ‘hidup dari sholat ke sholat’, bukan sebaliknya. Sayangnya kita seringkali melewati momen-momen reflektif ini begitu saja.

Kesimpulannya saya melihat bagaimana syariat-syariat yang diberikan pada seorang muslim, sarat dengan pengarahan hidup yang produktif dan bermakna. Seharusnya jika kita berpegang padanya, tak ada hidup yang sia-sia. Namun sayangnya, kita seringkali lupa atau bahkan tidak paham esensinya.

Semoga Allah jauhkan kita dari menghabiskan waktu dengan sia-sia, termasuk waktu-waktu yang terlihat produktif, namun sebenarnya tak terhubung dengan-Nya 🄹 .

Similar Posts

  • | |

    MERANTAU

    ‘Bun, aku ingin ke Jepang’. Pertama kalinya si Abang mengutarakan keinginannya sekitar dua tahun lalu. Ibunya ini hanya mengiyakan dan berpesan agar dia mempersiapkan diri dan banyak berdoa jika memang ingin ke sana. Satu hal yang saya tekankan kala itu, kemungkinan dia tidak bisa sekolah di sana tanpa beasiswa, mengingat besarnya biaya hidup dan kuliah…

  • |

    KAWAH PUTIH

    Udah lama pengen ke tempat ini, Alhamdulillah akhirnya kesampaian Minggu kemarin. Sebelumnya pernah ke sini juga, cuma karena hujan deras, akhirnya gak bisa naik ke kawah. Alhasil memutuskan kembali ke Jakarta bersama rombongan. Perjalanan ke sini memakan waktu yang cukup panjang. Berangkat jam 10.00 pagi, tiba di sini pukul 15.30 sore. Lama banget ya…selain karena…

  • | |

    MENJADI MUSLIM: ANTARA PRASANGKA, RITUAL DAN CAHAYA

    ā€œIbuku langsung menelepon dan bertanya dengan cukup keras, apakah aku benar-benar akan ke negara muslim? Negara dengan pelaku teroris di dalamnya?ā€ Teman Radja, yang sedang berlibur ke Indonesia, menceritakan reaksi ibunya sambil tertawa saat ia mengabarkan akan datang ke Indonesia. ā€œApakah kamu benar-benar akan ke Indonesia? Di sana mungkin suasananya kotor, tidak seperti di sini….

  • | |

    CONCLAVE

    Beberapa pekan lalu, saya dan keluarga berkesempatan menonton film Conclave. Film ini sebenarnya kami tonton secara tidak sengaja karena tidak bisa menonton film lain yang semula ingin kami tuju. Namun, ternyata saya pribadi mendapatkan banyak pembelajaran—bukan hanya tentang tradisi agama lain, tetapi juga nilai spiritualitas yang sifatnya universal. Film dibuka dengan situasi pemilihan Pope (Paus),…

  • | |

    PUISI TENTANG KEMATIAN

    Kematian laksana bayangan,Yang hanya terlihat ketika cahaya menyapa.Dengannya jati diri terungkap,Dan resah meninggalkan jiwa. Dia pasti datang,kau tak punya kuasa utk menolaknya. Pilihanmu hanyalah,mengabaikannya saja ataumenyapanya lebih dulu.Sehingga ketika dia datang,kau bisa menyambutnyalaksana sahabat karib,yg sudah ditunggu-tunggu. repost

  • | | |

    CAHAYA

    “Ya Allah jadikanlah cahaya dalam kalbuku, cahaya dalam lisanku, cahaya dalam mataku, cahaya dalam pendengaran ku. Cahaya pada sebelah kanan kiri ku, cahaya dari atasku dan dari bawahku. Nur dari depanku dan dari belakangku. Serta jadikanlah nur dalam jiwaku (nafs-ku), dan besarkanlah cahaya untukku.” -Mukhtarul Ahadist hal 79- Hati yang selalu bergemuruh, tidak akan melihat…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *