TENTANG POHON

Situ Patenggang, Ciwidey, Bandung

Beberapa tahun yang lalu saya berbincang-bincang dengan seseorang tentang bencana banjir di suatu daerah. Menurut beliau, meskipun bencana terjadi atas ijin-Nya, namun pengelolaan kita terhadap alam yang kita tinggali ini harus diperbaiki. Banyak hutan dibuka, pohon ditebangi, entah untuk dijadikan pemukiman ataupun perkebunan, yang akhirnya menghambat penyerapan air.

Berbicara tentang pohon, tiap pohon punya karakternya sendiri, punya manfaatnya sendiri, kata beliau. Pohon-pohon tertentu hanya cocok tumbuh di lingkungan tertentu, berkaitan dengan fungsinya. Jadi kita tidak bisa asal tebang ganti dengan pohon apa saja. Harus sesuai dengan karakter lingkungan dan jenis pohon itu sendiri. Dari percakapan ini saya baru paham tentang karakter pohon yang berbeda-beda ini.

Kemudian saya teringat banyak sekali perumpamaan tentang pohon di Al-Quran. Di antaranya Pohon yang berbuah sesuai namanya, sesuai kehendakNya, sesuai fitrahnya. Pohon ini merujuk pada insan yang sudah paripurna, hidup dalam kehendakNya, sehingga ‘buah’nya (karyanya) bisa dinikmati orang banyak. Tidak hanya secara duniawi, karyanya juga menyegarkan jiwa.

Perumpamaan lain adalah tentang pohon yang dahannya menjulang ke langit dan akarnya menghunjam bumi. Orang-orang yang teguh pijakannya, terhubung dengan langit, tidak mudah goyah oleh apapun yang datang padanya.

Setiap pohon berbuah sesuai dengan namanya. Tidak ada ceritanya pohon rambutan berbuah durian dan sebaliknya. Atau pohon toge pengen jadi pohon mangga. Semua berjalan dan tunduk pada tujuan penciptaannya. Ikhlas, dan berserah, bersedia diarahkan, sehingga terasa sekali manfaatnya. Pohon tidak pernah protes, bersedia dibentuk oleh penciptaNya, karena tahu betul kekaryaan-Nya adalah yang terbaik.

Sebaliknya kita manusia selalu ingin keluar dari kodrat diri. Kita senang sekali mengatur-ngatur hidup. Harus begini dan begitu. Jadi Tuhan untuk diri sendiri. Kita jarang sekali melihat ke dalam, jarang introspeksi diri dan bertanya sebenarnya manusia seperti apa kita ini? Seberapa besar kapasitas kita, apa kelebihan dan kekurangan kita. Kita, saya lebih tepatnya, lebih senang meloncat-loncat dari sirkuit, membuktikan diri, daripada menemukan apa yang membuat khasanah di dalam diri mengalir.

Kita lebih senang mengambil urusan yang lebih dipandang di mata manusia. Tanpa pernah bertanya ini sebenarnya urusan saya atau bukan. Tidak heran banyak kerusakan yang muncul, karena manusia, yang konon katanya khalifah Allah ini, alih-alih memimpin semesta, memimpin segala hewan liar dalam diri saja masih banyak gagalnya. Buta mata hatinya, sehingga khasanah besar ttg diri sendiri, tak tampak lagi.

Ah saya jadi malu sendiri sama pohon 😑.

Similar Posts

  • | |

    PENGINGAT DIRI

    Apakah ketika rezeki datang berlimpah kamu tetap bersyukur dan ketika kesulitan menghadang, kamu tetap bisa bersabar? Apakah semua tetap sama saja di hatimu, atau hatimu masih terbolak balik kuat terpengaruh ‘pemberian’nya? Apakah kamu bisa melihat Dia di setiap ‘pemberian’ atau terpaku pada wujud rupa pemberian-Nya? Iman-mu, apakah terpancang kuat, atau hanya sekedar di tepi? Jawabannya…

  • | |

    MIMPI

    Beberapa hari lalu saya sering bermimpi sesuatu yang membuat saya kurang nyaman. Bukan mimpi yang menakutkan, namun terasa aneh dan random saja. Terjadi beberapa hari sehingga saya bertanya-tanya kenapa. Lalu saya tiba-tiba teringat mimpi saya ini selalu terkait sesuatu yang saya pikirkan sebelumnya. Misalnya hari itu terlintas pikiran tentang A, maka malamnya hadir dalam bentuk…

  • | | |

    LUKA BATIN

    Dalam ilmu psikologi saya belajar bagaimana mengelola emosi dengan baik. Mulai dari meredam gejala dengan ‘inhale-exhale’, mengubah posisi tubuh saat emosi negatif muncul, hingga mengambil wudhu, mengambil waktu jeda, agar tidak meledak tanpa kendali. Saya juga belajar mengelola emosi dari menerima emosi tersebut, mengakuinya, mencari penyebabnya, hingga mencoba menguasai skill-skill yang dibutuhkan, -seperti komunikasi assertif,…

  • | | |

    BUNDA HAJAR

    Masih ingat saat saya menulis status tentang Siti Hajar, saat idul adha 11 tahun lalu. Saat itu saya begitu terkesan dengan ketaqwaan Bunda Hajar pada Allah Ta’ala. Kisah perjuangannya diabadikan dalam ibadah haji dan dari keturunannya lah lahir Sang Nabi Terakhir. Saya terkesan dengan ketaatannya dalam mengikuti petunjuk, keberserahdirian dan imannya yang luar biasa kepada…

  • | |

    KONTRAS

    Awal bulan lalu grup renang yang saya ikuti mogok berenang sebagai bentuk protes karena air kolam yang belakangan sering kotor. Kami memang beramai-ramai menyewa kolam renang di hari tertentu dan membookingnya di awal bulan. Awal februari ini, grup ini memutuskan untuk tidak membooking seperti biasa sebelum air kolam kembali jernih. Alhamdulillah pemilik kolam cukup responsif…

  • | | | | |

    Perempuan dan Fitrah

    Libur akhir tahun lalu aku menghabiskan waktu nyaris dua Minggu di rumah saja. Beberapa meeting direskedul, juga ada training yang ditunda pelaksanaannya, sehingga membuat libur akhir tahun ini benar-benar tanpa beban. Selama nyaris dua Minggu itu aku menghabiskan waktu dengan beragam urusan domestik. Beberes rumah, menata rumah yang memang baru kutempati tahun lalu, memasak dan…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *