| | |

INDONESIA GELAP

Beberapa pekan terakhir, linimasa saya dipenuhi dengan berita yang tidak menyenangkan tentang negeri ini. Kasus korupsi oplosan Pertamax oleh pejabat Pertamina yang merugikan negara triliunan rupiah, simpang siurnya informasi terkait Danantara, pernyataan kontroversial para pejabat, hingga demonstrasi mahasiswa yang mewarnai hari-hari di tengah ketidakpastian ekonomi.

Pengangguran meningkat, PHK terjadi di berbagai sektor, bisnis banyak yang gulung tikar, nilai rupiah terus melemah—semua ini menambah rasa sesak. Tidak heran jika tagar #kaburajadulu ramai di media sosial, sebuah ungkapan kekecewaan terhadap situasi dan kinerja pemerintah dalam satu dekade terakhir.

Di tengah kondisi yang tidak menentu ini, kantor kami membuka lowongan untuk posisi videografer magang. Iklan pun kami tayangkan di salah satu situs pencari kerja. Seperti yang sudah kami duga, ratusan orang melamar untuk posisi ini. Tidak hanya mahasiswa yang masih berkuliah, tetapi juga fresh graduate yang telah lulus lebih dari setahun lalu.

Ada satu hal menarik dalam proses rekrutmen ini. Setelah seleksi berkas dan wawancara, kami mengerucutkan pilihan ke dua kandidat terbaik. Keduanya memiliki keahlian yang mumpuni, sikap yang baik, dan berpotensi untuk berkembang. Namun, hanya ada satu posisi yang tersedia. Artinya, salah satu dari mereka harus tersingkir—bukan karena kurang kompeten, melainkan karena kesempatan yang terbatas.

Saya merasa teriris menyadari kenyataan ini. Satu kandidat harus kembali berjuang, bersaing dengan ribuan, mungkin jutaan pencari kerja lainnya. Kembali menunggu kesempatan berikutnya, entah kapan datangnya. Bukan karena mereka tidak cukup baik, melainkan karena lowongan yang ada semakin menyusut. Banyak perusahaan justru melakukan efisiensi agar bisa bertahan di tengah ketidakpastian ekonomi ini.

Kesedihan dan kemarahan bercampur di hati saya, meski tidak tahu harus ditujukan kepada siapa. Saya bukan satu-satunya yang merasakan ini. Linimasa media sosial saya dipenuhi dengan protes, sindiran, dan kekecewaan terhadap pemerintah. Rasanya ingin meluapkan kemarahan, memaki para koruptor dan perampok kekayaan negeri ini yang begitu tega mempermainkan nasib rakyat.

Namun, tiba-tiba satu pemikiran terlintas di benak saya: sampai kapan kita akan terus marah, kesal, dan frustrasi? Bukankah segala sesuatu yang terjadi di dunia ini telah ditetapkan oleh-Nya dengan tujuan tertentu? Bukankah tugas kita adalah menyikapinya dengan benar? Termasuk menghadapi situasi yang tampak begitu gelap ini? Saya pun beristighfar.

Bukan berarti saya menolak protes. Saya percaya menyuarakan pendapat adalah hal penting, sebagai bentuk pernyataan sikap atas ketidakadilan. Namun, pertanyaannya adalah: apa yang sebenarnya Dia inginkan dari kita, dari saya pribadi khususnya? Bagaimana cara kita (saya) bereaksi agar sesuai dengan kehendak-Nya?

Dalam situasi gelap rasanya kita tidak bisa bertindak gegabah dan seenaknya. Kita tidak bisa sembarangan menyebarkan informasi yang belum jelas kebenarannya. Kita juga tidak bisa begitu saja menghakimi sesuatu yang masih kabur terang dan gelapnya. Saat ini, kita benar-benar membutuhkan bimbingan-Nya agar bisa bersikap dengan tepat.

Segala sesuatu sudah tertulis dalam rencana-Nya. Jika hal buruk terjadi, itu bukan tanpa sebab. Yang akan dipertanggungjawabkan bukan hanya kejadian itu sendiri, tapi juga bagaimana kita meresponsnya. Apakah sikap kita membawa perubahan yang lebih baik, atau justru memperburuk keadaan? Wallahu’alam. Hanya kepada-Nya kita berlindung.

Similar Posts

  • |

    AYAH

    Di usia yang nyaris kepala 8 ini, Alhamdulillah masih cukup sehat untuk sholat ke masjid. Sesekali ada keluhan di kakinya karena faktor usia. Seingatku, belum pernah operasi besar. Beliau role model yang sangat baik, bagaimana seseorang yang rutin berolahraga, bisa tetap sehat meskipun tanpa diet makanan. Konsumsi makanannya sudah pasti full kolesterol, karena orang Minang…

  • PENYAKIT HATI

    Dalam satu sesi pengajian rutin, Mursyid saya berkata, semua bala, musibah, dalam hidup kita, diundang dari kondisi hati kita. Ketika ingin membersihkan hati kita, maka Allah tampakkan satu persatu apa yang ada di dalamnya. Ujubkah, riya’ kah, gengsi, mengandalkan selain Dia, ego, prasangka, dan seribu satu penyakit hati lainnya. Rasanya sulit untuk orang selevel kita…

  • | |

    SAKIT

    Satu bulan pasca operasi tahun lalu, kondisi kesehatanku perlahan berangsur pulih. Aku sudah mulai kembali masuk kantor, dan melakukan perjalanan keluar kota untuk satu urusan training. Aku pikir semuanya sudah kembali seperti sedia kala, rutinitas harian bisa kembali terjaga. Namun dua Minggu pasca pulih tiba-tiba aku merasakan ada yang salah kembali dengan tubuhku. Badanku mulai…

  • | | |

    REMINDER

    Segala sesuatu yang menjadi hak kita, akan sampai pada kita, entah bagaimanapun caranya. Hak-hak kita yang ditahan, akan tergantikan dalam bentuk lain. Dalam bentuk yang mungkin malah lebih baik. Belakangan ini saya sedang mendapatkan insight tentang ini. Beberapa penggantian yang Allah berikan, sebagai ganti dari hak yang belum tertunaikan. Begitu juga kedzaliman yang kita alami,…

  • KATA-KATA

    “Gw ingat Lo pernah bilang …”, “Seperti yang Lo pernah bilang ke gw ….” Beberapa kali di beberapa kesempatan yang berbeda, dengan orang yang berbeda-beda, saya mendengar kalimat ini dilontarkan. Beberapa kalimat yang saya sampaikan pada orang lain, entah berupa refleksi hidup, sharing, hikmah, nasihat, pengingat, dll terekam dalam ingatan mereka, dan dijadikan penguat dalam…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *