| |

BAKAT

Suami saya seorang yang sangat senang dengan komputer. Meskipun tidak bekerja sebagai IT, dia sendiri yang bertanggung jawab membereskan masalah terkait IT yang terjadi di kantor. Ada satu joke yang sering saya dan teman saya lontarkan terkait keahliannya ini, ‘coba lihat nih nanti, kalau udah Noer yang pegang, pasti tiba-tiba bener sendiri’.

‘Laptopnya takut sama dia, nurut kalau sama pawangnya’, begitu kelakar kami setiap kali dia berhasil membereskan masalah laptop kami dalam waktu singkat, padahal kami sudah mencobanya berkali-kali.

Hal yang menarik adalah saat ini IT bukan merupakan pekerjaan utama suami. Jika ditanya apa pekerjaannya, dia akan menjawab ‘trainer’ dengan mantap. Bukan pengusaha, bukan juga ahli IT.

Seorang pengajar, orang yang sangat senang mengajar dan dimudahkan dalam mengajar.

Saya sangat sepakat dengan beliau dalam hal ini. Beberapa kali mendampinginya dalam mengajar, saya bisa melihat betapa dimudahkannya beliau dalam menjelaskan sesuatu.

Saya sendiri memiliki bakat mengajar, namun tidak selancar dan sejelas beliau ketika berbicara di depan kelas. Bahkan saat suatu kali mengajar anak-anak, dimana saya merasa ini adalah keunggulan saya, ternyata beliau dapat lebih mudah menjelaskan konsep yang rumit pada mereka dibanding saya. Pendek kata, bakat mengajarnya buat saya pribadi lebih menonjol dibanding bakat IT nya.

Bakat mengajarnya ini juga didukung oleh kemampuan beliau merangkai kata di depan umum. Kami memiliki dua kepribadian yang sangat berbeda. Saya yang lebih extrovert dan talkactive, secara logika harusnya lebih ‘jago’ saat berbicara dibandingkan dia yang introvert. Namun kenyataannya tidak demikian. Meskipun mungkin lebih luwes, namun beliau lebih pintar meramu kata dan entah bagaimana bisa merangkainya dengan persuasif sehingga juga menjadikannya public speaker yang handal.

Ada satu hal yang menarik terkait penemuan minat dan bakatnya ini. Sudah terpapar IT sejak SMP, tidak heran jika kemudian dia mengambil jurusan IT saat lulus kuliah dulu. Qadarullah beliau tidak lulus di tahun pertama kelulusannya. Secara logika dengan kecerdasannya dan beberapa proyeksi hasil tes sebelumnya, tidak terlalu sulit untuk beliau kuliah di sana. Namun Allah tampaknya menghendaki lain, yang kemudian saya lihat terkait dengan penemuan kemampuan-kemampuan lainnya ini di kemudian hari.

Kami pernah berandai-andai jika beliau diterima di IT sesuai dengan minatnya kala itu. Apa sebenarnya yang akan terjadi? Apakah dua bakat yang lain, yaitu mengajar dan berbicara di depan publik ini akan ikut terasah? Juga bakat manajerialnya, -termasuk mengatur istrinya, yg kadang keras kepala dan suka mengajak berdebat urusan kantor ini-, akan terasah juga? Wallahu’alam.

Bisa jadi iya, bisa jadi tidak. Namun tampaknya, kegagalannya ini yang kemudian mengantarkannya memasuki jurusan lain dan pekerjaan yang berbeda sama sekali. Kegagalannya ini mengantarkannya mengeksplorasi diri lebih jauh.

Berkaca dari perjalanan beliau, perjalanan menemukan bakat ini tampaknya tidak semudah menarik kesimpulan ‘o anakku menonjol di sini dan dia suka hal ini, maka dia adalah itu. Mari kita fokus dan arahkan sejak ini.’

Pandangan seperti ini sering kali saya temui di luar sana saat ini. Apalagi di tengah hidup yang makin kompetitif, yang sepertinya kalau tidak menemukan passion kita saat ini, kita akan terlambat atau kita akan mati. Sepertinya tidak begitu.

Ketika kita melihat hal yang menonjol pada diri kita atau anak, lalu kita terburu-buru dan kadang dengan ‘membabi buta’ fokus pada hal tersebut, kita bisa jadi terlewat hal-hal penting lain dalam diri si anak atau diri kita sendiri. Hal-hal lain ini bisa saja hal yang kemudian malah utama, namun terkubur karena kita telah memutuskan menjadi ‘ini’.

Bakat yang ada diberi kesempatan untuk berkembang, saya sepakat dengan hal ini. Namun tetap perlu terbuka melihat kemungkinan lain. Bisa jadi apa yang terlihat hari ini, hanya pendukung akan apa yang dia bisa lakukan nanti.

Hal utama yang dia lakukan, diri sejatinya, misi hidupnya, mungkin masih jauh atau berbeda yang kita lihat hari ini. Jangan terburu-buru, jangan terbawa nafsu. Manusia ternyata sedinamis dan sefleksibel itu.

Benarlah apa yang disampaikan guru saya, mengalir saja bersama apa yang dimudahkan hari ini. Hal ini juga berlaku pada perjalanan menemukan jati diri sejati kita, bakat terdalam kita, misi hidup kita.

Kita yang sekarang belumlah permanen, masih on progress dan selalu under construction.

Depok, 5 Agustus 2023

Similar Posts

  • | | |

    TENTANG INGATAN

    Libur awal tahun ini kami manfaatkan dengan camping di suatu tempat yang pernah kami kunjungi sebelumnya. Sebuah area camping di kaki gunung salak, tidak jauh dari kawasan objek wisata Curug nangka. Ingatan saya tentang tempat ini adalah ingatan yang romantis dan menyenangkan. Area camping yang hijau dan luas, aneka tanaman dan pepohonan di sekitarnya, udara…

  • | |

    MENINGKATKAN EFEKTIVITAS TRAINING DENGAN TRANSFORMATIVE LEARNING

    Salah satu pertanyaan yang sering diajukan oleh klien kami saat presentasi pitching adalah mengenai efektivitas dari training. Seberapa jauh training yang diberikan dapat mengubah kemampuan peserta, seberapa bisa diterapkan dalam pekerjaan mereka? Apakah training ini akan mengubah mindset mereka, dan lain sebagainya. Berharap bahwa training mampu mengubah perilaku atau kemampuan seseorang dalam waktu singkat, tentu…

  • | |

    SLOW LIVING

    H+13, dua minggu kurang sehari sudah belajar hidup dengan gerak terbatas. Alhamdulillah sudah bisa sesekali keluar rumah, either ke tempat kerja, RS atau ya keluar sejenak melihat dunia. Kaki masih sedikit bengkak, tapi sejauh ini mulai enak dibawa jalan, meskipun belum bisa lama dan jauh. Gimana rasanya hidup dengan gerak dan ruang terbatas selama nyaris…

  • | |

    Tentang Doa

    Salah satu bukti kekuatan doa bagi saya adalah keberhasilan diterima masuk UI dari jalur PPKB (tanpa tes). Sebagai satu-satunya kandidat yang diterima saat itu lewat jalur ini di kota saya, saya merasa hanya keajaiban doa yang mewujudkannya. Begitu juga saat anak sulung saya akhirnya diterima di salah satu Universitas di Jepang, lagi-lagi salah satu wujud…

  • | |

    Cerita Dari Ruang Operasi

    ‘Sudah saatnya, Bu’. Suster menuntun saya masuk ke ruang operasi, setelah sebelumnya berada di ruang persiapan menunggu dokter datang. Hari itu jadwal operasi konka hidung saya akhirnya tiba, setelah nyaris dua bulan bolak-balik ke dokter THT, konsultasi, minum obat, pemeriksaan, dll yang berakhir dengan rekomendasi operasi konka hari itu. ———————————————————————————————————————— Dua bulan lalu saya mulai…

  • DOA IBU

    Ada masa dimana saya rasanya sangat jauh dari Tuhan. Saya beribadah sebagaimana biasa, namun banyak keputusan yang saya ambil hanya berdasarkan maunya saya sendiri. Di masa-masa itu rasanya ibadah dan apa yang saya jalani dalam hidup seperti terpisah. Saya ingat betul, prinsip yang saya pegang hanyalah ‘yang penting jadi orang baik dan tidak merugikan orang…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *