TOILET
‘Toilet dimana ya?’, pertanyaan ini sering kami ajukan saat menginjakkan kaki ke sebuah gedung, baik perkantoran atau hotel, tempat training diadakan.
Persoalan toilet adalah persoalan mendasar. Ruang belakang privat ini memang kebutuhan dasar manusia. Selain untuk menuntaskan hajat, ruang ini di beberapa gedung juga menjadi tempat menyiapkan diri, kabur sejenak dari tempat kerja, bahkan me-release emosi saat menghadapi hal-hal tidak menyenangkan yang kadang kala datang serupa jelangkung: datang tak dijemput, pulang tak diantar, tapi bikin babak belur.
Toilet juga sering merepresentasikan sisi dalam sebuah tempat. Gedung megah rasanya langsung turun nilainya jika toiletnya tak terawat, tersembunyi, atau old fashioned. Saya pernah mengalaminya di sebuah hotel lama yang tenang dan indah, tapi toiletnya begitu tersembunyi dengan granit mewah khas zaman dulu sehingga menimbulkan perasaan kurang nyaman. Seolah ada yang mengamati, membuat kita menahan-nahan untuk masuk.
Lain lagi cerita toilet mewah yang saya temui di salah satu hotel bintang enam di Jakarta. Interiornya luar biasa. Ceiling tinggi, pilar megah, dan granit mahal menyambut kita sejak pintu masuk.
Toiletnya tentu tak kalah mewah. Letaknya tersembunyi, tertutup interior dinding penuh kaca. Sangat instagramable untuk ber-selfie ria. Di dalamnya pun estetik. Kesan bersih, wangi, wah langsung terasa saat memasukinya.
Namun interior yang mewah ini justru terasa dingin. Lampu redup, lorong masuk panjang, dinding gelap dengan banyak kaca membuat saya langsung teringat film-film thriller pembunuhan di toilet. Seperti perempuan cantik yang memandang Anda dengan senyum sadis di bibirnya. Hih!
Bayangkan saat mencuci tangan, Anda melihat bayangan Anda memantul dari berbagai sisi, menatap balik. Bayangkan lagi kalau salah satu bayangan itu bukan wajah Anda. Sudah kebayang ngerinya, kan. Sampai sekarang saya belum memahami konsep toilet hotel mewah ini dan apa latar belakang desainnya dibuat seperti itu.
Demikianlah aneka rupa toilet di berbagai tempat. Ruang belakang ini sudah bertransformasi menjadi demikian cantik, menjadi wajah lain dari gedung yang diwakilinya. Kadang kala seperti perempuan tua, lain waktu perempuan muda cantik dengan senyum penuh makna untuk menjerat Anda.
Maafkan imajinasi saya yang terlalu jauh, yang ditrigger oleh pertanyaan sederhana pada satpam pagi ini: ‘Toiletnya sebelah mana, Pak?’ yang kemudian dijawab dengan sepenuh hati. Pagi ini, toiletnya berwajah standar toilet di gedung tinggi, minus orang yang berdandan, mungkin karena masih terlalu pagi.

