|

STRES DAN CARA MEMANDANG HIDUP

oplus_2

Bagaimana kita seharusnya memandang hidup? Pertanyaan ini muncul saat saya dan seorang teman memandu sesi training tentang stres dan pengelolaannya.

Apa sih yang menyebabkan stres? Apa itu stres sebenarnya? Apakah stres selalu negatif? Pertanyaan-pertanyaan sekaligus curhatan tentang stres di kehidupan sehari-hari, baik di tempat kerja maupun pribadi, mengalir sepanjang sesi tersebut. Diskusi itu mendorong saya untuk menuliskan serial tentang stres dan pengelolaannya di blog ini.

Apa itu stres? Stres adalah keadaan tidak nyaman pada seseorang karena adanya perubahan dalam diri atau lingkungan yang menuntut penyesuaian. Dengan kata lain, stres erat kaitannya dengan perubahan dan cara kita beradaptasi dengannya. Dalam definisi lain, stres muncul saat kita mempersepsikan bahwa sumber daya yang dimiliki tidak cukup untuk mengakomodir tuntutan yang ada. Intinya: stres berkaitan dengan perubahan, tuntutan, sumber daya, serta kemampuan kita beradaptasi. Tak heran, orang yang kurang fleksibel biasanya lebih rentan terhadap stres.

Stres sendiri sebenarnya bukan hal yang selalu negatif. Beberapa peristiwa menyenangkan pun bisa menimbulkan stres: persiapan pernikahan dengan segala printilannya, liburan keluarga dengan itinerary yang padat, promosi jabatan dengan tanggung jawab baru, atau kelahiran anak yang ditunggu-tunggu. Jadi, apakah suatu peristiwa menjadi stres negatif atau positif, tergantung pada banyak hal, termasuk faktor kepribadian dan mindset kita.

Sering dikatakan bahwa persoalan hidup hanyalah soal cara kita memaknainya: positif atau negatif. Sekilas tampak benar—ketika kita memandang sesuatu secara positif, maka kita lebih mudah menjalaninya. Namun, saya pribadi berhati-hati dengan pandangan ini. Hidup tidaklah sesederhana “ubah cara pandang ke arah positif, lalu semuanya selesai.” Tanpa pemahaman mendalam, hal ini bisa menjebak pada toxic positivity: menyederhanakan dan meremehkan kesulitan yang benar-benar dialami seseorang.

Lalu, bagaimana seharusnya kita memandang peristiwa yang tidak menyenangkan? Bagi saya, ini kembali ke pertanyaan mendasar: bagaimana saya memandang kehidupan? Untuk apa saya diciptakan, dan bagaimana seharusnya saya menjalaninya? Perubahan cara memaknai hidup inilah yang sangat membantu saya menghadapi situasi penuh stres, bahkan mengurangi masalah maag kronis yang identik dengan stres.

Pertanyaan ini pertama kali hadir saat saya begitu sibuk mengejar dunia. Di tengah kesibukan itu, tiba-tiba muncul pertanyaan: “Sebenarnya apa yang saya cari? Untuk apa semua ini?” Pertanyaan yang menyadarkan ada kekosongan di dalam diri, dan mendorong saya mencari sesuatu yang lebih hakiki.

Pencarian itu mengantarkan saya pada pemahaman tentang misi hidup. Bukan sekadar bakat atau potensi yang harus dikembangkan, melainkan pengetahuan lebih mendasar: tidak ada yang acak di dunia ini. Semua takdir, peristiwa, ujian, bahkan pertemuan dengan orang lain, telah disusun oleh Dia Yang Maha Pengasih untuk menuntun kita. Guru saya selalu mengingatkan: jangan mengeluh, karena dengan mengeluh pintu pemahaman itu tidak akan terbuka.

Pemahaman ini banyak membantu saya. Dulu saya sering marah dan merasa hidup saya lebih berat dari orang lain, padahal saya tidak merasa berbuat jahat. Lama-lama, saya belajar menerima dan membaca pesan di balik setiap kesulitan. Penerimaan ini membuat saya lebih tenang menghadapi peristiwa sulit berikutnya. Ketika terasa berat, saya berdoa agar hati dilapangkan, agar saya bisa mengerti apa yang Dia kehendaki, dan dimudahkan untuk menerima. Perlahan, saya merasakan Dia menuntun ke jalan yang tidak terpikirkan sebelumnya—jalan yang lebih ringan dijalani, bahkan membawa rezeki batin.

Kembali ke stres: cara kita memaknai peristiwa erat hubungannya dengan cara kita memandang kehidupan. Doa dalam shalat “ihdinash shiratal mustaqim”—Tunjukkanlah kami jalan yang lurus—sesungguhnya menuntun kita melalui peristiwa hidup, baik yang terasa menyenangkan maupun menyulitkan. Jalan lurus itu bisa membersihkan sifat buruk dalam diri, meruntuhkan keyakinan keliru, dan menyingkap cara pandang baru. Hidup pun terasa lebih ringan dijalani, dan stres lebih mudah dikelola.

Jadi, menurut saya, hal paling mendasar dalam mengelola stres adalah memperbaiki cara pandang terhadap kehidupan. Itu bermula dari memperbaiki hubungan kita dengan-Nya, dan kembali kepada-Nya dengan sebenar-benarnya.

Semoga kita dimudahkan untuk kembali, dalam peristiwa apa pun yang terjadi.

Similar Posts

  • |

    AKAR DAN KITAB DIRI

    Mengenali kembali ke-Minang-an saya dan mengakuinya, adalah salah satu bentuk pengenalan dan pembacaan kitab diri yang saya lakukan belakangan ini. Saat usia lebih muda, saya sempat tidak ingin terlahir sebagai orang Minang. Dengan segala stereotype negatifnya, ditambah lagi saya lahir dan besar di kota lain, saya cenderung merasa jauh dari ranah Minang ini, dibandingkan kota…

  • | |

    CERITA DARI TANAH PAPUA (3): PERJALANAN YANG MENGGUGAH HATI

    Hari kedua bersama guru-guru Sekolah Asrama Taruna Papua menjadi hari yang paling mengesankan untuk saya, karena pada hari itu kami berkesempatan mengunjungi langsung sekolah asrama ini dan berinteraksi lebih jauh dengan anak-anak. Training hari kedua berjalan lancar. Guru-guru membawa buku yang menarik bagi mereka untuk praktik langsung bagaimana membaca buku dengan teknik SQ3R. Tanya jawab…

  • | | |

    OLAHRAGA

    ‘Ibu kok bisa olahraga konsisten meskipun gak ada teman?’ seseorang bertanya kepada saya saat kami mengobrol tentang kebiasaan berolahraga. Saya kemudian menyadari bahwa memang kebiasaan ini tidak ada hubungannya lagi dengan ada atau tidaknya teman. Setelah berolahraga sekian lama dan merasakan manfaatnya, dampak dari olahraga ini sendiri yang jadi rewardnya. Kebiasaan berolahraga ini sebenarnya sudah…

  • HUJAN

    Ketika saya terjaga dini hari tadi, hujan sedang turun deras sekali. Suaranya menembus kaca-kaca apartemen yang saya tinggali. Petir sambar menyambar, membuat saya berpikir dua kali utk membuka gordyn melihat situasi di luar. Pagi ini, langit terlihat cerah dan bersih. Udara segar terasa langsung menyapa penghidu, saat saya membuka kaca jendela kamar. Hujan deras sudah…

  • | |

    Cerita Dari Ruang Operasi

    ‘Sudah saatnya, Bu’. Suster menuntun saya masuk ke ruang operasi, setelah sebelumnya berada di ruang persiapan menunggu dokter datang. Hari itu jadwal operasi konka hidung saya akhirnya tiba, setelah nyaris dua bulan bolak-balik ke dokter THT, konsultasi, minum obat, pemeriksaan, dll yang berakhir dengan rekomendasi operasi konka hari itu. ———————————————————————————————————————— Dua bulan lalu saya mulai…

  • | |

    BERIMAN PADA YANG GHAIB

    Sandra Dewi, salah satu selebriti tanah air, sedang tertimpa masalah. Suaminya ditengarai terlibat kasus KKN yang menyebabkan kerugian besar pada lingkungan dan negara. Hidupnya yang dahulu penuh puja puji, sekejap berubah menjadi caci maki. Wajah cantik, suami tampan, anak-anak lucu dan cerdas, terkenal dan harta benda melimpah ruah. Banyak yang ingin berada dalam posisinya beberapa…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *