HIROSHIMA DAN KEJAHATAN MANUSIA
Delapan puluh tahun lalu, pagi itu hidup berjalan sebagaimana biasa bagi sebagian besar dari mereka. Anak-anak berangkat ke sekolah, orang tua bekerja, sebagian tinggal di rumah untuk mengurus rumah.
Anak-anak berlarian, remaja bercengkrama, orang dewasa mungkin dipusingkan dengan beban hidup di masa perang. Tidak ada yang menyadari bahwa sebentar lagi kehidupan di kota ini akan terhenti.
Selewat pukul 08.00 sebuah pesawat melintas. Mungkin bukan hal yang aneh, mengingat banyak pesawat tempur melintas di masa ini. Tanpa mereka sadari, pesawat ini membawa maut yang akan mengubah hidup mereka mulai saat itu.
Jam 08.15 sebuah bom dijatuhkan. Malapetaka dimulai. Seluruh kota luluh lantak. Api menyala membakar semua yang ada di dekatnya. Ratusan ribu orang meninggal dunia. Ratusan ribu lainnya luka-luka, ribuan lainnya menanggung traumanya mungkin hingga sekarang.
Memasuki museum ini otak saya seperti dipaksa membayangkan seperti apa rasanya. Bunyi bom, kepulan asap, kebakaran hebat, hujan asam yang turun membakar. Jerit tangis, rasa putus asa, dan kemarahan yang mungkin jadi satu. ‘Panas, panas, air, air…’ teriakan minta tolong terdengar dimana-mana.
Tuhan, mereka juga manusia. Sama seperti kami. Kehidupan mereka sebelumnya berjalan seperti biasa. Kejam sekali rasanya membayangkan manusia lain sanggup melakukan ini pada mereka. Perang mewujudkan bentuk terburuk dari hawa nafsu manusia.
‘Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya’. Demikian Allah SWT berfirman dalam surat At-Tin ayat 4 dan 5. Saya teringat teringat kembali isinya saat mentafakuri peristiwa ini.
Sungguh benar firman-Mu ya Rabb. Manusia bisa jadi serendah-rendahnya makhluk, yang akan ditempatkan di serendah-rendahnya tempat, jika memperturutkan hawa nafsunya. Bahkan mungkin syaitan saja takjub melihat kekejaman manusia.
Delapan puluh tahun berlalu, kota ini tumbuh kembali membawa pesan damainya. Semoga kita bisa meresapi hikmahnya.
No more Hiroshimas.
Hiroshima, Mei 2025








