| |

BUSYRAN (KABAR GEMBIRA)

Dari dulu saya sering mendengar ungkapan Al-Quran dan para Rasul membawa kabar gembira dan juga obat. Meskipun gak terlalu paham apa maksudnya, biasanya saya mengangguk-angguk saja. Padahal dalam hati bertanya, apa itu busyran ya? Busyran dalam hal apa?

Pemahaman saya dulu terkait busyran ini hanya sebatas membawa kabar tentang Surga Neraka. Tentang segala sesuatu akan dibalas dan dihitung. Segala sesuatu akan diganjar. Intinya banyak-banyakan mengumpulkan amal, yang seringkali lahiriah saja.

Sudah berapa juz khatam sebulan ini? Sudah berapa juz hafal Al-Qur’an? Sudah berapa banyak sedekah? Sudah berapa banyak sholat sunnah? Sudah berapa syar’i penampilan, dan lain sebagainya yang mirip-mirip dengan itu. Terus terang terasa sangat dangkal sekali.

Mirip kabar gembira buat anak-anak agar berbuat baik sebanyak-banyaknya, ngumpulin token yang kemudian bisa ditukar dengan hadiah. Mirip-mirip pendekatan behavioristik yang bahkan di dunia psikologi juga kadang diperdebatkan.

Masa iya cuma itu? Saya kemudian bertanya-tanya. Hingga suatu hari saya mendapatkan penjelasan lebih dalam tentang hidup yang terkait perkara membawa kabar gembira ini. Bahwa hidup kita ini tidak disusun secara acak atau kebetulan semata. Tuhan kita, Yang Maha Penyayang itu, menyusunnya dengan Kedua Tangan-Nya. Bayangkan, gak main-main. Pasti ada sesuatu yang besar di situ. Dia gak menyusunnya sambil lalu lho. Di-crafting sedemikian rupa, dengan segenap perhatian dan kasih sayangnya.

Kok bisa segitunya? Bahkan ketika malaikat bertanya, ngapain sih menciptakan makhluk yang akan menumpahkan darah dan membuat kerusakan di muka bumi, jawab Tuhan, ‘Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui’. Dalem banget ya, ada apa ya dengan kita?

Tujuan penciptaan kita yang diciptakan dengan tangan-Nya dan sepenuh penghadapan-Nya ini tentu bukan untuk main-main. Ada tujuan besar di sana. Ada misi hidup. Ada khasanah yang Dia letakkan di tiap jiwa kita ini, masing-masing. Sehingga kita menjadi makhluk yang sangat khusus. Itu buat saya sebuah kabar gembira.

Bagaimana kita menemukannya? Tuhan meletakkan jejaknya di setiap cerita kehidupan kita, mau itu susah maupun senang. Premis dasarnya segala sesuatu terjadi karena sebuah alasan. Alasan tujuan penciptaan ini. Jadi ya gak main-main. Masalahnya kita gak tahu, atau belum tahu, sehingga terjebak dalam jeratan kesulitan setiap hari, keluhan setiap hari atau juga kesenangan dan kemudahan setiap hari. Kita, yang makhluk langit ini, terkungkung jasad bumi. Lupa bahwa ada sesuatu yang berharga di dalam sana.

Pemahaman ini buat saya adalah kabar gembira. Benar-benar kabar gembira. Hidup saya yang centang perenang, terasa lebih terang benderang. Terasa ada harapan dalam pergumulannya. Saya mulai berhenti membandingkan dan berharap menjadi orang lain. Ada sesuatu di diri saya, terlepas dari apapun yang terjadi dengan saya, yang sama berharganya dengan yang dimiliki orang lain. Ketika saya mulai belajar fokus dengan itu, saya tahu hidup saya mulai tidak lagi sama.

Al-Qur’an dan Rasul-Nya benar-benar membawa kabar gembira.

Depok, 27 September 2024

Similar Posts

  • | | |

    FATAMORGANA

    Dan kamu tahu, Ratusan purnama berlalu, Ribuan cahaya datang dan pergi. Apakah dia meninggalkan jejak yang sama? Atau setidaknya menghapus luka? Kesedihan, gembira, duka, lara. Semua tipu daya. Sakit, senang, luka, dan nyaris binasa. Semua itu fatamorgana. Dia hanya semu belaka. Jadi harusnya kukembalikan lagi saja padaMu, Untuk dibuang habis.

  • HATI YANG LAPANG

    Siang itu langit mendung, suara angin terdengar beberapa kali dari jendela apartemen yang aku tempati. Bag bug bag bug, menghantam melalui celah jendela yang tidak tertutup rapat. Cuaca siang itu sepertinya tidak terlalu baik, tapi aku harus tetap keluar menyelesaikan urusan yang sudah lama tertunda. Kukemasi barang-barang dan memutuskan untuk berangkat ke area perkantoran, tidak…

  • | | |

    TENTANG MELEPASKAN

    Sore kemarin saya berbincang dalam dengan seorang teman. Dari pembicaraan tentang hidup sehari-hari, topik kami kemudian beralih menjadi tentang melepaskan. Pertanyaannya cukup membuat saya berefleksi, bagaimana proses melepaskan terjadi dalam hidup saya, tepatnya bagaimana akhirnya saya bisa melepaskan banyak hal dalam hidup? Beberapa tahun yang lalu pelajaran tentang melepaskan ini saya rasakan datang bertubi-tubi. Pasca…

  • PEMAHAMAN

    Orang-orang yang mengenal saya di fase remaja awal hingga remaja akhir, mgkn akan mengingat saya sebagai pribadi yang ‘shalihah’. Berkerudung panjang, aktif ikut pengajian, nyaris tak pernah absen ke masjid, mengajar mengaji anak-anak, sangat membatasi pergaulan dengan laki-laki, nyaris tak pernah lepas Dhuha, tahajud, tilawah Qur’an setiap hari. Sangat hati-hati mendengar musik dan cenderung mengharamkannya…

  • | | |

    INDONESIA GELAP

    Beberapa pekan terakhir, linimasa saya dipenuhi dengan berita yang tidak menyenangkan tentang negeri ini. Kasus korupsi oplosan Pertamax oleh pejabat Pertamina yang merugikan negara triliunan rupiah, simpang siurnya informasi terkait Danantara, pernyataan kontroversial para pejabat, hingga demonstrasi mahasiswa yang mewarnai hari-hari di tengah ketidakpastian ekonomi. Pengangguran meningkat, PHK terjadi di berbagai sektor, bisnis banyak yang…

  • | | | | |

    Perempuan dan Fitrah

    Libur akhir tahun lalu aku menghabiskan waktu nyaris dua Minggu di rumah saja. Beberapa meeting direskedul, juga ada training yang ditunda pelaksanaannya, sehingga membuat libur akhir tahun ini benar-benar tanpa beban. Selama nyaris dua Minggu itu aku menghabiskan waktu dengan beragam urusan domestik. Beberes rumah, menata rumah yang memang baru kutempati tahun lalu, memasak dan…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *