|

A MAN CALLED OTTO

Beberapa hari lalu saya akhirnya berkesempatan menonton film A Man Called OTTO di Netflix. Film yang direkomendasikan oleh beberapa teman dan menurut saya sangat psikologis sekali. Film ini diperankan dengan sangat apik oleh aktor kawakan, Tom Hanks.

Cerita film ini berkisah seputar kehidupan seorang laki-laki tua bernama OTTO, pasca kehilangan istrinya. OTTO yang tenggelam dalam kesedihan menjadi pribadi yang tidak menyenangkan bagi orang lain. Mudah marah, menggerutu, toleransi rendah, pendek kata sangat menganggu dan cenderung menyebalkan.

Menarik bagaimana melihat figur seorang OTTO ini. Bagaimana kesedihan dan kemarahan bisa menarik seseorang sedemikian rupa sehingga tenggelam dalam kubangannya, dan menjadi pribadi yang tidak menyenangkan. Kita pun mungkin sering menemukan pribadi yang getir, pemarah, menutup diri, mudah terganggu, overthinking, dll, kadang kala berasal dari luka batin yang belum selesai. Hal ini sering tidak disadari oleh orang tersebut, meskipun masukan atau bahkan komplain mungkin sudah sering berdatangan.

Apa yang dapat kita lakukan jika bertemu orang ini? Film ini juga memperlihatkan sosok sahabat OTTO, Marisol yang empati, spontan dan ceria. Tidak terlalu menanggapi sinisme OTTO pada dirinya, Marisol berulang kali tetap mengupayakan interaksi yang spontan dan mengalir. Marisol menarik OTTO dalam kehidupannya yang penuh, berwarna dan bahagia. Sikap Marisol ini kemudian menyadarkan OTTO bahwa masih ada yang perlu dilakukan dalam hidup ini, daripada menyerah dan pamit begitu saja dari kehidupan.

Di akhir film ini, OTTO kemudian bangkit kembali dan menemukan ‘makna hidup’ nya lewat interaksi dan memberi manfaat pada orang lain. OTTO berjuang membantu sahabatnya yang sedang menghadapi masalah dan orang lain yang dalam kesulitan. OTTO menemukan alasan kenapa dia hidup ketika memberi, dan akhirnya menerima kebahagiaan dari orang lain.

Saya kemudian teringat kata-kata Guru saya setelah menonton film ini. Seorang mu’min itu seperti pohon yang berbuah. Pohon tidak pernah memakan buahnya. Dia ada untuk orang lain. Mu’min yang baik, bukan orang yang bertapa, sendiri, menyebut-nyebut Tuhan dalam persembunyiannya. Tapi dia yang berjuang keluar dari apapun luka yang ada dalam hidupnya, dan kemudian menjadi manfaat untuk orang lain.

#luka

#reviewfilm

#amancalledOTTO

#psychology

#lifejourney

Similar Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *