| | |

TENTANG INGATAN

Libur awal tahun ini kami manfaatkan dengan camping di suatu tempat yang pernah kami kunjungi sebelumnya. Sebuah area camping di kaki gunung salak, tidak jauh dari kawasan objek wisata Curug nangka.

Ingatan saya tentang tempat ini adalah ingatan yang romantis dan menyenangkan. Area camping yang hijau dan luas, aneka tanaman dan pepohonan di sekitarnya, udara yang segar dan dingin, suara hewan kecil di sekeliling, api unggun, menyusuri sungai menuju Curug, dengan latar belakang gunung salak yang megah di belakangnya. Banua juga langsung menyetujui liburan kembali ke tempat ini karena ingatan yang sama indahnya.

Tepat di awal tahun 2024 kami berangkat dengan bersemangat. Saya yang sedang flu berharap badan yang kurang fit bisa terobati di udara segar. Singkat cerita, berharap semua kenangan manis terulang kembali.

Akan tetapi saat menginjakkan kaki di tempat ini, kami dihadapkan pada kenyataan yang cukup berbeda. Suasana ramai, area parkiran yang jauh dan menantang sehingga cukup membuat kelelahan saat turun ke camping area, hingga banyaknya bangunan baru di camping ground ini yang membuat saya kehilangan sensasi memandang hijau sekeliling tanpa hambatan.

Tempat duduk dari kayu di tengah lapangan hijau yang dulu saya duduki sambil menyeruput kopi sembari menikmati pemandangan gunung salak, juga sudah lenyap, berganti kafe yang malah membuat pandangan saya terbatas. Banyak sekali perubahan yang menghilangkan sebagian dari ingatan manis tentang tempat ini.

Saya sedikit kecewa dengan kenyataan yang ada. Di tengah kekecewaan terbersit pertanyaan, apakah tempat ini yang sedemikian berubah atau ingatan saya tentangnya yang mungkin salah? Saya tidak tahu, bisa jadi keduanya. Perubahan terjadi, namun ada beberapa hal dalam ingatan saya terkait tempat ini yang mungkin diromantisasi secara berlebihan. Bahwa apa yang saya ingat belum tentu sama persis dengan apa yang terjadi. Bahwa saya mungkin hanya mengingat hal-hal tertentu saja, dan melupakan bagian lainnya. Bahwa ingatan saya tentang tempat ini tidaklah utuh, meskipun juga tidak sepenuhnya salah.

Ingatan kita bisa mengkhianati kita. Hal ini yang kemudian saya pelajari. Kenangan yang tertanam di dalam ingatan, pahit atau manis, bisa saja mengandung bias dan berbeda dengan kenyataan karena terkait dengan emosi. Ingatan tersebut tidak sepenuhnya salah, namun juga tidak sepenuhnya benar karena faktor ini. Tanpa keinginan untuk melongok kembali, atau melihat ulang apa yang terjadi, bisa jadi kita akan terjebak pada keyakinan yang sama terus menerus, sementara kenyataan sudah berubah. Melambai-lambai minta direvisi.

Hal yang sama berlaku juga untuk semua yang ada dalam diri kita. Ingatan, waham, keyakinan, tak selamanya benar, harus sering dilihat kembali. Memang tidak mudah melakukan ini karena bisa jadi akan membuat kita tidak nyaman. Padahal, sama seperti ingatan, apapun yang melekat pada diri kita saat ini, bisa jadi ‘mengkhianati’ kita. Bisa berubah atau bisa jadi salah pada akhirnya.

Karena itu Rasulullah mengajarkan sebuah doa indah, untuk tidak mengandalkan diri kita pada diri sendiri, walau sekejap matapun. Karena ingatan kita, diri kita ini, keyakinan kita, kepercayaan kita, apapun yang kita sedang pegang teguh sekarang bisa ‘mengkhianati’ kita dengan kenyataan yang berbeda, jika kita terlalu mengandalkannya.

Similar Posts

  • |

    MEMBACA DIRI

    Mengenali kembali ke-Minang-an saya dan mengakuinya, adalah salah satu bentuk pengenalan dan pembacaan kitab diri yang saya lakukan belakangan ini. Saat usia lebih muda, saya sempat tidak ingin terlahir sebagai orang Minang. Dengan segala stereotype negatifnya, ditambah lagi saya lahir dan besar di kota lain, saya cenderung merasa jauh dari ranah Minang ini, dibandingkan kota…

  • | |

    CERITA KITA

    Cerita kita singkat saja, Sayang Tak lebih dari dua kepalan. Saat kau asyik menghitung ruasnya, Tak terasa kita tiba di tepian. Cerita kita singkat saja, Sayang Hanya dua kali kedatangan Tuan. Saat kelahiran dan kematian, Diantaranya kita berkelindan dalam kehidupan. Cerita kita singkat saja, Sayang. Cepatlah berbenah, Sebentar lagi waktunya pulang.

  • |

    Ruang Khalwat

    Guru saya berpesan, setiap mukmin hendaknya punya ruang tersendiri untuk bermunajat pada Allah. Tidak harus sebuah ruang besar, cukup sudut khusus untuk menghamparkan sajadah. Ruang munajat untuk ber-khalwat (menyendiri) dengan-Nya. Ruang ini saya wujudkan dalam bentuk pojok sholat atau tafakur di kamar kami. Sudut yang nyaman karena semua fasilitas yang dimudahkan Allah: pendingin ruangan, lantai…

  • PENGELOLAAN EMOSI

    Nemu tulisan yang bagus tentang pengelolaan emosi. Gak semua kita kadang paham apa yang dialami, apalagi kalau contoh selama ini juga terbatas. Beragam emosi yang dirasakan, ekspresinya kadang kala cenderung satu saja: marah, karena mgkn itu contoh paling sering dilihat sejak kita kanak-kanak. Lagi sedih, marah. Sedang kecewa, marah juga. Merasa tidak aman, marah lagi….

  • P3K PSIKOLOGIS DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI

    Libur lebaran lalu, saat saya mudik ke kampung halaman, salah satu kakak saudara ipar saya tertimpa musibah kecelakaan lalu lintas, yang menyebabkan anaknya yang masih berusia batita harus dirawat di rumah sakit. Saat itu si kakak dari ipar saya ini sedang naik motor dengan dibonceng oleh suaminya yang dikemudikan dengan kecepatan rendah. Tiba-tiba motor mereka…

  • HATI YANG LAPANG

    Siang itu langit mendung, suara angin terdengar beberapa kali dari jendela apartemen yang aku tempati. Bag bug bag bug, menghantam melalui celah jendela yang tidak tertutup rapat. Cuaca siang itu sepertinya tidak terlalu baik, tapi aku harus tetap keluar menyelesaikan urusan yang sudah lama tertunda. Kukemasi barang-barang dan memutuskan untuk berangkat ke area perkantoran, tidak…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *