| |

Tentang Doa

Salah satu bukti kekuatan doa bagi saya adalah keberhasilan diterima masuk UI dari jalur PPKB (tanpa tes). Sebagai satu-satunya kandidat yang diterima saat itu lewat jalur ini di kota saya, saya merasa hanya keajaiban doa yang mewujudkannya. Begitu juga saat anak sulung saya akhirnya diterima di salah satu Universitas di Jepang, lagi-lagi salah satu wujud besarnya kekuatan doa.

Doa senjatanya mu’min. Begitu yang selalu saya dengar dari guru saya. Berdoa saja, sampaikan pada Allah hajat kita, keluh kesah kita, dan minta dia berikan jalan keluar. Banyak sekali cerita tentang kekuatan doa ini, yang tidak hanya saya alami, namun juga orang di sekitar saya.

Akan tetapi ada yang berubah dalam pemahaman saya terkait doa belakangan ini. Dahulu doa saya rasanya penuh dengan segala pinta. Saya ingin ini ya Allah, saya ingin itu. Saya mau ke sini ya Allah, saya mau ke situ. Kabulkan ya Allah…dan ya itu doa yang saya panjatkan di setiap sholat malam, dengan raka’at yang panjang dan waktu yang lama saat ingin masuk UI dulu. Doa yang penuh keinginan hawa nafsu yang ingin cenderung dipenuhi kebutuhannya.

Apakah itu salah? Mungkin tidak. Namun jika ditanya sekarang, saya mungkin akan menambahkan dengan ‘mudahkan jika memang baik untuk saya, dan lapangkan dada saya jika memang bukan.’ Di titik ini, setelah ditempa banyak pengalaman hidup, saya menyakini bahwa apa yang saya rasa baik, belum tentu baik. Begitu juga sebaliknya.

Saat ini doa saya banyak berubah dan rasanya jauh lebih menyenangkan. Doa yang jauh lebih sederhana, mohon untuk dituntun dalam hidup, mohon untuk dilapangkan dada dan dikuatkan dalam menjalani apapun yang Dia Ta’ala berikan. Doa yang penuh harapan agar Dia menyelamatkan saya dari kehidupan dunia yang fana ini. Doa yang sependek yang saya rasakan saat ini, jauh lebih menentramkan, melapangkan dan menyegarkan. Mudah-mudahan juga doa yang Dia ridhai dan Dia terima pengharapannya.

Selamat berdoa sahabat-sahabat,

Semoga doa sahabat semua mengantarkan pada jalan kesejatian kembali padaNya.

Similar Posts

  • | | |

    REMINDER

    Segala sesuatu yang menjadi hak kita, akan sampai pada kita, entah bagaimanapun caranya. Hak-hak kita yang ditahan, akan tergantikan dalam bentuk lain. Dalam bentuk yang mungkin malah lebih baik. Belakangan ini saya sedang mendapatkan insight tentang ini. Beberapa penggantian yang Allah berikan, sebagai ganti dari hak yang belum tertunaikan. Begitu juga kedzaliman yang kita alami,…

  • | |

    Cerita Hari Ini

    Tadi pagi berencana melayat ke rumah salah seorang sahabat yang kehilangan ayahnya. Sebelumnya ada janji dengan seseorang, yang harus dipenuhi dulu sebelum ke sana. Sebelum berangkat tiba-tiba anak bujangku sakit. Muntah-muntah, tepat ketika grabcar udah di belakang rumah. Dengan hati bingung akhirnya memutuskan untuk pergi, setelah memastikan dan berpesan sama si adik untuk segera telpon…

  • | | |

    TUMBUH

    Melihat tanaman-tanaman ini tumbuh, bermekaran dan segar, ada yang terasa segar juga di dalam diri saya. Hijaunya daun, warna-warni bunga, mengingatkan saya untuk terus tumbuh, berbunga dan berbuah bagi sekitar. Banyak yang menikmati pertumbuhan tanaman-tanaman ini. Kemarin kumbang datang kemari, beberapa hari lalu kupu-kupu. Saya pun selalu merasa segar setiap kali memandangnya. Setiap makhluk mendapatkan…

  • | | | |

    SENDIRI

    Sejak anak-anak tumbuh besar dan mulai ada aktivitas sendiri, waktu untuk diri sendiri saya menjadi lebih banyak. Anak pertama yang merantau dan relatif mandiri sekarang terpisah negara. Anak kedua yg menginjak usia remaja, mulai senang beraktivitas dengan teman-temannya. Sesekali dia ijin menginap di rumah teman, atau sebaliknya teman menginap di rumah kami. Suami juga tidak…

  • | | |

    JALAN PULANG

    Jalan setapak yang hanya untuk kita. Mungkin mendaki, melelahkan, menyusahkan. Mungkin tak indah, tak gemerlap, tak terlihat. Namun, jalan itu membawa kita ke sana. Ke tempat yang paling dirindukan. Tempat asalnya dirimu, jiwamu. Kampung halaman. Dimana setiap jiwa akan kembali. Bertemu denganNya lagi.

  • | | |

    Waktu

    Belakangan saya sedang membaca buku bagaimana menghabiskan 24 jam dalam sehari. Intinya bagaimana menjadi orang yang berbeda dengan tidak menghabiskan waktu dengan sia-sia. Ada hal yang menarik dari saran yang diberikan penulis yang notabene bukan seorang muslim, yang membuat saya berpikir tentang ke-muslim-an saya dengan segala kewajiban syariatnya. Yang pertama adalah untuk bangun lebih awal,…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *