| |

SLOW DOWN, BABY

Sudah lewat 30 hari sejak kejadian kecelakaan di depan tempat saya biasa nge-gym. Sudah mulai bisa berjalan seperti biasa, namun kaki kadang masih membengkak jika terlalu lama bergerak. Berat badan mulai merangkak naik dan keluhan di tubuh karena kurang bergerak mulai terasa. Mulai merindukan sholat dengan normal dan bergerak bebas lagi di pagi hari di dapur, seperti sebelumnya.

Gak semudah itu ternyata rasanya. Terbiasa dengan segala serba cepat, multitasking ala Ibu-Ibu, sekarang harus mentoleransi gerak yang terbatas dan dibantu orang lain. Gak nyaman banget awalnya, apalagi di dua minggu pertama dimana seharian lebih banyak di atas tempat tidur.

Beberapa orang menyarankan untuk menonton dan buat saya yang jarang sekali menonton, malah jadi tantangan tersendiri. Buku yang ingin saya selesaikan juga tidak habis dinikmati, karena kesulitan dengan bahasa terjemahannya. Belum lagi tinggal di rumah sendiri siang hari, benar-benar jadi tantangan tersendiri.

Slow down, baby…kata-kata ini yang kemudian muncul di benak saya. Saatnya belajar untuk perlahan dan lebih menikmati hidup. Saatnya untuk menghayati tiap menit nafas juga rasa nyeri di kaki. Saatnya hadir dan mindful. Menyadari betapa berharganya nikmat Allah bernama kaki dan tubuh yang sehat.

Slow down, Baby.

Alhamdulillah, saat ini sudah bisa berjalan jauh. Minggu lalu mencoba kembali datang ke gym dan melihat TKP. Wow ternyata tinggi juga ya jarak lantainya, gak heran cideranya cukup berat. Sebulan lebih terlewati, masih on going process pemulihan, semoga jadi lebih baik.

Semoga bisa memahami makna ketenangan dan penghayatan dalam kehidupan, setelah peristiwa ini.

Slow down, Baby.

Similar Posts

  • PENYAKIT HATI

    Dalam satu sesi pengajian rutin, Mursyid saya berkata, semua bala, musibah, dalam hidup kita, diundang dari kondisi hati kita. Ketika ingin membersihkan hati kita, maka Allah tampakkan satu persatu apa yang ada di dalamnya. Ujubkah, riya’ kah, gengsi, mengandalkan selain Dia, ego, prasangka, dan seribu satu penyakit hati lainnya. Rasanya sulit untuk orang selevel kita…

  • | | |

    BUNDA HAJAR

    Masih ingat saat saya menulis status tentang Siti Hajar, saat idul adha 11 tahun lalu. Saat itu saya begitu terkesan dengan ketaqwaan Bunda Hajar pada Allah Ta’ala. Kisah perjuangannya diabadikan dalam ibadah haji dan dari keturunannya lah lahir Sang Nabi Terakhir. Saya terkesan dengan ketaatannya dalam mengikuti petunjuk, keberserahdirian dan imannya yang luar biasa kepada…

  • | |

    MENIKAH DAN SETENGAH AGAMA

    “Pernikahan sejatinya adalah untuk mengasah aspek batin. Karena itu (dia) disebut ‘setengah agama’.” Kata-kata ini muncul kembali dari postingan saya beberapa tahun lalu di FB dan membuat saya teringat satu pertanyaan yang diajukan seorang teman dulu, ‘kenapa menikah disebut setengah agama?’ Banyak orang berpikir, – saya dulu juga begitu-, pernikahan semata-mata urusan cinta. Aku cinta…

  • | | | |

    PEMBATASAN

    Dulu saya orang yang keras kemauan. Jika ingin sesuatu sebisa mungkin saya berusaha mendapatkannya. Buat saya kala itu, kita bisa kalau kita mau. Selagi halal, lakukan apapun itu. Saat itu saya jarang berpikir apakah Allah suka akan hal ini, apakah itu baik untuk aspek batin saya, atau tidak. Waktu berlalu, sejalan dengan usia, hal-hal yang…

  • | |

    BERUNTUNG

    Keberuntungan terbesar adalah ketika Dia menunjuki kesalahan-kesalahanmu dan membuatmu bertobat karenanya. Ketika istighfarmu berbunyi, dan permohonan ampunanmu benar-benar terasa sampai ke jiwa. Di titik itu, akhirnya kau benar-benar bisa memahami apa artinya ‘Tunjuki aku jalan yang lurus’. Tak sekedar ucapan tanpa makna,yang berulang dilantunkan, 17 kali sehari, seperti mantra. Berulang, namun sepi dari rasa.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *