Perhatikan Apa yang Kamu Makan

Kata-kata ini sering terngiang belakangan di benak saya, pasca percakapan dengan seorang sahabat. Sahabat ini bercerita tentang bagaimana sebuah program pengembangan diri untuk para leader di salah satu perusahaan besar, melibatkan intervensi makanan juga di dalamnya.
Para leader yang mengikuti program ini diminta untuk membuat semacam food diary yang harus diisi secara teratur. Dari food diary ini diketahui kemudian keluhan terkait mood maupun kondisi fisik yang bersangkutan. Tampaknya urusan makanan ini memang sangat penting sehingga menjadi program utama pengembangan diri leader-leader mereka.
Perhatikan apa yang kamu makan. Saya rasa kita semua mengamini kalimat ini. Kalau dalam agama saya, konsumsi tidak hanya hingga batas halal, namun juga thoyyib. Makanan tertentu mungkin halal, namun terkadang tidak thoyyib. Untuk saya sendiri sebut saja salah satunya kopi. Mengkonsumsi kopi tertentu atau di waktu yang tidak tepat seringkali menimbulkan masalah pada lambung. Jika saya minum kopi yang kuat di malam hari, maka saya yang sangat mudah tidur ini, bisa sulit tidur di sisa malamnya.
Perhatikan apa yang kamu makan. Konsumsi makanan yang baik dan sesuai itu ternyata tidak hanya sebatas makanan fisik, namun juga makanan bagi pikiran dan hati. Status yang saya baca, tontonan yang saya tonton, obrolan yang saya ikuti, bagaimanapun mempengaruhi apa yang ada dalam alam bathin saya. Buku-buku yang saya konsumsi dan kursus yang saya ikuti pun ternyata harus diseleksi untuk kesehatan hati. Belakangan beberapa buku yang dulu saya gemari, tidak lagi membuat saya tertarik, karena tidak lagi sesuai dengan kondisi jiwa saya. Beberapa buku malah membuat pusing, karena terasa menarik jiwa saya ke arah lain.
Perhatikan apa yang kamu makan. Pemahaman terhadap kebutuhan ini ternyata tidak serta merta mengubah pola konsumsi saya sehari-hari. Saya masih punya PR yang panjang dalam mengelola urusan makanan fisik yang masuk ke perut. Seringkali saya gagal menahan godaan untuk tidak sering mengkonsumsi kopi dan menggantinya dengan yang lebih tepat. Hal ini juga berlaku saat saya mengkonsumsi makanan yang saya suka secara berlebihan, melewati kadar seharusnya. Untuk konsumsi hati dan pikiran apalagi, terasa masih sangat jauh. Saya masih sering menonton video yang kurang berfaedah, membaca status yang kadang berbau gosip selebriti, scrolling tidak jelas menghabiskan waktu, dengan dalih mencari hiburan.
Mukmin yang baik jelas mereka yang bisa menegakkan urusan yang haq dalam dirinya, termasuk urusan makan ini. Saya masih berjuang untuk itu. Semoga semakin hari semakin baik lagi.