| | |

FATAMORGANA

Dan kamu tahu,

Ratusan purnama berlalu,

Ribuan cahaya datang dan pergi.

Apakah dia meninggalkan jejak yang sama?

Atau setidaknya menghapus luka?

Kesedihan, gembira, duka, lara.

Semua tipu daya.

Sakit, senang, luka, dan nyaris binasa.

Semua itu fatamorgana.

Dia hanya semu belaka.

Jadi harusnya kukembalikan lagi saja padaMu,

Untuk dibuang habis.

Similar Posts

  • | | |

    SIAPA YANG MENERUSKAN PERJALANAN?

    Tubuh manusia ini mirip mesin. Kata sebuah buku, ada masa-masa ausnya dan harus diganti. Pernah dengar ungkapan itu? Ya, tubuh kita ini seperti mesin canggih yang satu hari nanti akan berhenti, yang biasa kita sebut ‘mati’. Hal ini semakin saya rasakan dalam satu tahun belakangan. Saya harus menjalani dua kali operasi dan satu kali cedera…

  • PERSISTENSI

    Seorang sahabat berkomentar bahwa saya seorang yang persisten. Bertahun-tahun yang lalu saat saya bertanya pada sahabat yang lain, komentar yang sama juga saya dapatkan. Saya seorang yang keras kemauannya jika menginginkan sesuatu. Saya akan mengejarnya hingga dapat, bahkan kadang tanpa menghiraukan banyak hal di sekeliling. Apakah itu buruk? Saat ini saya menyadari bahwa persistensi tanpa…

  • | | | |

    SENDIRI

    Sejak anak-anak tumbuh besar dan mulai ada aktivitas sendiri, waktu untuk diri sendiri saya menjadi lebih banyak. Anak pertama yang merantau dan relatif mandiri sekarang terpisah negara. Anak kedua yg menginjak usia remaja, mulai senang beraktivitas dengan teman-temannya. Sesekali dia ijin menginap di rumah teman, atau sebaliknya teman menginap di rumah kami. Suami juga tidak…

  • |

    AKAR DAN KITAB DIRI

    Mengenali kembali ke-Minang-an saya dan mengakuinya, adalah salah satu bentuk pengenalan dan pembacaan kitab diri yang saya lakukan belakangan ini. Saat usia lebih muda, saya sempat tidak ingin terlahir sebagai orang Minang. Dengan segala stereotype negatifnya, ditambah lagi saya lahir dan besar di kota lain, saya cenderung merasa jauh dari ranah Minang ini, dibandingkan kota…

  • PADA SEBUAH PEMAKAMAN

    Selasa, 25 November 2008, menjelang pukul 4 sore. Langit cerah dan cuaca panas perlahan berubah menjadi mendung saat aku hadir di pemakaman itu. Perlahan-lahan sosok kaku berbalut kafan diturunkan menuju tempat peristirahatannya yang terakhir. Isak tangis perlahan, suasana haru dan sunyi menyelimuti pemakaman. Suara azan dilafazkan dan doa-doa dipanjatkan memohon keridhaan Sang Pencipta untuk menerima…

  • | |

    Cerita Hari Ini

    Tadi pagi berencana melayat ke rumah salah seorang sahabat yang kehilangan ayahnya. Sebelumnya ada janji dengan seseorang, yang harus dipenuhi dulu sebelum ke sana. Sebelum berangkat tiba-tiba anak bujangku sakit. Muntah-muntah, tepat ketika grabcar udah di belakang rumah. Dengan hati bingung akhirnya memutuskan untuk pergi, setelah memastikan dan berpesan sama si adik untuk segera telpon…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *