| | |

BAHAGIA YANG BERMAKNA

Beberapa hari lalu saya membaca sebuah utas menarik tentang kebahagiaan. Dalam utas itu disebutkan bahwa kebahagiaan, menurut teori, tidak tergantung pada kekayaan, status, jabatan, atau orang-orang di luar diri kita.

Yang menarik, banyak komentar yang menyebut bahwa kebahagiaan justru muncul dalam suasana tenang, hening, dan sendiri—misalnya saat jalan pagi dengan binatang kesayangan, yoga, meditasi, membaca buku, atau menonton film. Pendeknya, kebahagiaan tampak lahir dari situasi yang aman, damai, dan terkendali.

Saya kemudian bertanya, benarkah demikian? Apakah kebahagiaan hanya bisa hadir dalam situasi lapang? Lalu bagaimana saat hidup terasa sempit dan menghimpit? Apakah itu berarti kita otomatis kehilangan kebahagiaan?

Salah satu teori psikologi yang menarik bagi saya adalah tentang hidup yang bermakna dari Viktor Frankl, seorang ahli psikologi dan penyintas kamp konsentrasi. Ia mengalami peristiwa yang meruntuhkan harkat kemanusiaan, membuat dirinya diperlakukan bukan sebagai manusia. Namun justru dari situlah ia menemukan makna hidup—dan makna inilah yang menurutnya menjadi fondasi kebahagiaan sejati.

Kita pun sering mendengar cerita serupa. Beberapa teman saya mengaku mulai memaknai kebahagiaan dari dalam diri, justru setelah melewati peristiwa sulit. Saya pun merasa lebih ringan menjalani hidup setelah melalui masa-masa sulit. Peristiwa itu memberi saya insight tentang kekuatan dan kelemahan diri, yang kemudian menginspirasi arah hidup saya. Kebahagiaan muncul ketika saya mulai memahami makna dari peristiwa-peristiwa tersebut. Saya jadi lebih menghargai apa pun yang terjadi, meskipun dahulu terasa menyakitkan.

Saya juga melihat orang-orang yang tetap tersenyum meski hidupnya bergulat dengan keterbatasan. Mereka tidak punya waktu untuk nongkrong di kafe, jalan-jalan dengan binatang peliharaan, atau rutin ber-yoga. Namun mereka tetap terlihat bahagia—karena mereka puas dengan hidupnya, meskipun dari luar tampak bergelut dengan kesulitan. Kebahagiaan yang bermakna.

Bagi saya, kebahagiaan akhirnya adalah tentang menemukan makna dalam setiap hal yang kita lakukan dan alami. Makna membuat segalanya terasa terarah, dan kebahagiaan tak lagi hanya jadi perasaan sesaat yang mudah hilang ketika situasi tak sesuai harapan.

See insights and ads

Similar Posts

  • | | |

    CERITA DARI TANAH PAPUA (2): BERTEMU GURU-GURU HEBAT

    “Cepat kemari, sudah ramai,” WA dari partner kami kuterima pagi itu dalam perjalanan menuju ballroom hotel—ruang tempat training dua hari ini akan diadakan. Sesampainya di sana, kulihat puluhan guru bergerombol di depan pintu masuk dan di depan ruangan. Sebagian sedang mengisi presensi, sebagian lain mengobrol atau menikmati hidangan. Ramai sekali, pikirku kala itu, sepertinya lebih…

  • | | |

    BUNDA HAJAR

    Masih ingat saat saya menulis status tentang Siti Hajar, saat idul adha 11 tahun lalu. Saat itu saya begitu terkesan dengan ketaqwaan Bunda Hajar pada Allah Ta’ala. Kisah perjuangannya diabadikan dalam ibadah haji dan dari keturunannya lah lahir Sang Nabi Terakhir. Saya terkesan dengan ketaatannya dalam mengikuti petunjuk, keberserahdirian dan imannya yang luar biasa kepada…

  • | |

    WAKTU DAN LUKA

    Waktu akan membantumu mem-frame ulang apa yang terjadi, memahami dengan lebih jernih semua peristiwa, menerimanya dengan lebih lapang, memaafkan dirimu sendiri dan orang lain, lalu melepaskan masa lalu dalam damai dan mulai belajar hidup penuh di hari ini. Semoga Tuhan, dengan ke MahaRahmanRahim- Nya, merangkulmu dalam kasihNya selama proses penyembuhan itu berlangsung. Semoga Dia berkenan…

  • | |

    MENIKAH DAN SETENGAH AGAMA

    “Pernikahan sejatinya adalah untuk mengasah aspek batin. Karena itu (dia) disebut ‘setengah agama’.” Kata-kata ini muncul kembali dari postingan saya beberapa tahun lalu di FB dan membuat saya teringat satu pertanyaan yang diajukan seorang teman dulu, ‘kenapa menikah disebut setengah agama?’ Banyak orang berpikir, – saya dulu juga begitu-, pernikahan semata-mata urusan cinta. Aku cinta…

  • HATI YANG LAPANG

    Siang itu langit mendung, suara angin terdengar beberapa kali dari jendela apartemen yang aku tempati. Bag bug bag bug, menghantam melalui celah jendela yang tidak tertutup rapat. Cuaca siang itu sepertinya tidak terlalu baik, tapi aku harus tetap keluar menyelesaikan urusan yang sudah lama tertunda. Kukemasi barang-barang dan memutuskan untuk berangkat ke area perkantoran, tidak…

  • | |

    Ujian dan Pelajaran

    Beberapa waktu ini, anak kedua saya menghadapi ujian akhir di sekolahnya. Sewajarnya anak yang sedang menghadapi ujian akhir sekolah, si kecil ini kadang terlihat stres, khawatir, dan perasaan tidak menyenangkan lainnya menjelang ujian. Salah satu cara saya menenangkannya adalah dengan mengatakan insyaAllah ujian ini ada tanggal berakhirnya, dan itu dia ketahui dengan pasti. Setelah tanggal…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *