SENDIRI
Sejak anak-anak tumbuh besar dan mulai ada aktivitas sendiri, waktu untuk diri sendiri saya menjadi lebih banyak. Anak pertama yang merantau dan relatif mandiri sekarang terpisah negara. Anak kedua yg menginjak usia remaja, mulai senang beraktivitas dengan teman-temannya. Sesekali dia ijin menginap di rumah teman, atau sebaliknya teman menginap di rumah kami. Suami juga tidak setiap saat ada, sesuai jadwal yang sudah disepakati bersama. Nyaris tidak ada yang saya urus, hanya diri sendiri saja.
Dahulu mungkin saya akan berusaha mencari teman untuk mengisi waktu luang bersama. Saya nyaris tidak pernah sendirian dari sejak kecil. Selalu ada teman, bahkan seringkali banyak teman. Saat inipun juga begitu sebenarnya. Ada banyak lingkar pertemanan, namun entah mengapa kebutuhan untuk selalu ada teman tidak lagi sebesar dulu. Belakangan ini saya menyadari, saya menikmati kesendirian. Kesendirian yang tidak kesepian.
Saya tidak lagi merasa harus bertemu dan berkumpul dengan orang-orang. Tidak lagi harus selalu hangout jika ada waktu luang. Tidak lagi harus selalu berbagi cerita untuk mengelola emosi di dada. Semuanya terasa mengalir saja. Jika teman-teman sedang lowong, kami akan bertemu. Jika tidak pun tidak apa-apa, tanpa mengurangi rasa kedekatan dengan mereka.
Buat saya pribadi menarik bagaimana Allah SWT menarik saya sejauh ini. Saya sebenarnya seorang ambivert. Selama 20 tahunan sisi ekstrovert saya diasah dengan baik. Lalu saat ini sepertinya sisi introvert saya yang sedang dikembangkanNya. Sisi yang mudah-mudahan saja akan mengantarkan pada perenungan lebih dalam tentang hidup. Di usia yang tidak muda lagi. Wallahu’alam.
Apapun itu semoga saya diizinkan-Nya membaca apapun yang Dia hadirkan dan mengerti bagaimana Dia memperjalankan saya dari satu titik ke titik lainnya. Tanpa pemahaman ini rasanya hidup akan sia-sia saja.
Depok, tengah februari 2024.