Membaca Ayat-Ayat Allah
Saat mendengarkan anjuran untuk membaca ayat-ayat Allah, dulu pemahaman saya hanya sebatas membaca apa yang ada di dalam Al-Qur’an. Tidak salah memang, namun karena pemahaman saya terhadap Al-Quran juga cuma segitu-gitunya, anjuran membaca ayat-ayat Nya ini terasa jauh saja dari kehidupan.
Sampai kemudian, setelah sekian panjang penjelasan dari Guru saya dan pengalaman hidup, pemahaman baru muncul. Ayat Allah itu, tidak hanya sebatas yang tertulis di kitab-Nya, namun juga apa yang dituliskannya dalam hidup kita. Aha! Saat itu rasanya saya sedikit mulai mengerti kenapa kita harus membaca ayat-Nya.
Allah menuliskan ayat-ayat-Nya, tidak hanya yang tertulis dalam Al-Quran, namun juga yang tampak dalam hidup kita ini. Yang kita jalani sepanjang sekian puluh tahun kehidupan kita, yang itu akan sangat berkorelasi seharusnya dengan Al-Quran yang kita baca. Apa yang tampak? Apa yang kita rasakan? Apa yang kita jalani? Apa yang terjadi? Kemanakah arah-Nya? Terbacakah kenapanya, untuk apanya?
Indikator terbaca ini kalau dalam Al-Qur’an disebutkan, melalui ungkapan ‘Ma Khalaqta Hadza Bathila’. Sungguh Tuhan, tak ada yang sia-sia. Jungkir balik kehidupan itu ternyata sesuatu. Kesulitan ekonomi itu ternyata memperkuatku. Kemelut rumah tangga itu ternyata mendidikku, menjadikanku lebih memahami kekuranganku. Kesulitan-kesulitan itu ternyata menyingkapkan segala yang tersembunyi dalam diriku, yang tadinya tak kasat mata, yang tadinya kurasa baik-baik saja.
Ma Khalaqta Hadza Bathila. Dari hati yang paling dalam.
Kalau masih mengeluh dan bertanya ‘buat apa saya menjalani ini semua?’, artinya kita masih gelap gulita, masih belum bisa membaca. Gak papa, kata Guru saya, itu bahan bakar doa. Kesadaran kita gelap gulita itu penting untuk kebutuhan datangnya cahaya. Bentangkan saja sajadah kita, di sepertiga malam. Menangislah setulus hati dan minta pada-Nya dengan sungguh-sungguh, ‘Tuhan, ini susah, dan saya gak bisa membaca untuk apa. Tolong saya, jangan sampai saya mati dalam kegelapan hati.’
Semoga setelah itu, Allah bantu kita menjalaninya. Mengurangi sesak di dada untuk kemudian pelan-pelan memahami kenapa suatu hal dihadirkan untuk kita. Meskipun masih terasa sesak, setidaknya tidak ada lagi protes kenapa saya atau buat apa ini untuk saya, yang menghambat proses belajar kita selanjutnya.
Amin amin ya Rabbal ‘Alamin…